Jakarta, FORTUNE – Konferensi Perubahan Iklim (COP26) masih berlangsung di Glasgow, Skotlandia. Negara-negara dunia tengah berjuang menghasilkan kata sepakat untuk mengurangi dampak perubahan iklim yang terus menunjukkan wajahnya dengan kenaikan rata-rata suhu bumi yang sudah mencapai 1,1°C dibandingkan masa pra-industri 1850.
Sejak COP21 dengan Perjanjian Paris, sebenarnya telah ada penekanan bagi negara-negara untuk membatasi kenaikan suhu rata-rata global hingga jauh di bawah ambang 2°C dari masa pra-industri. Target pun ditetapkan, yakni 1,5°C.
Namun, perdebatan tak terelakkan. Tiap negara, baik yang maju dan masih berkembang, memiliki agendanya masing-masing. Akhirnya, para ilmuwan mengatakan jika suhu melewati 1,5°C, efek perubahan iklim pada manusia, satwa liar, dan ekosistem akan jauh lebih parah.
Namun, mengapa batasnya 1,5°C? Melansir Reuters (7/11), berikut beberapa indikator tentang perbedaan antara kenaikan pemanasan global 1,5°C dan 2°C.