Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan (kedua kanan) bersama Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil melakukan uji coba kereta cepat, Kamis (22/6). ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi.

Jakarta, FORTUNE - Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, menyatakan PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) siap melakukan studi pendahuluan untuk perpanjangan rute Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) menuju Surabaya.

Dia mengungkapkan hal tersebut usai mengikuti uji coba operasional kereta cepat dengan rute Jakarta-Bandung yang berhasil menembus kecepatan rata-rata 350 kilometer per jam.

“Saya kira ini loncatan teknologi. Kita sudah minta. Nanti akan kami laporkan ke Presiden (Joko Widodo), preliminary study untuk Bandung sampai ke Surabaya,” kata Luhut dalam konferensi pers, Kamis (22/6).

Luhut mengaku hasil uji coba kereta cepat sejauh ini cukup baik dengan teknologi tinggi. Selain itu, meski melaju dengan kecepatan maksimal, gerbong kereta tetap minim getaran dan suara sehingga akan terasa nyaman bagi penumpang. 

“Tingkat kekedapan suaranya, tingkat goyangannya itu betul-betul senyap. [Kami] bisa rapat di dalam tanpa suara keras tapi dengan suara biasa saja. Ini sangat baik,” ujarnya.

Diklaim bakal lebih hemat

Ia menambahkan, berbekal pengalaman pembangunan KCJB selama lima tahun terakhir, pemerintah bersama PT KCIC dapat melakukan penghematan biaya pembangunan. Kata Luhut, Direktur Rolling Stock Kontraktor KCJB, Liu Shaoyu, juga menyetujui perkataannya.

Perpanjangan rute Kereta Cepat juga diyakini Luhut akan mampu ditopang oleh hilirisasi industri dalam negeri sehingga ketergantungan impor bahan baku untuk membangun ini dapat ditekan.

“Akan banyak material yang tidak perlu kita impor lagi, akan kita gunakan dalam negeri,” kata dia. 

Biaya pembangunan KCJB mengalami pembengkakan US$1,2 miliar atau sekitar Rp18,02 triliun. Angka tersebut merupakan hasil audit setiap negara yang kemudian disepakati bersama. Dengan demikian, biaya total proyek yang berlangsung sejak 2016 itu kini mencapai US$7,27 miliar.

Menurut Luhut, rencana yang dia paparkan akan membuat terobosan baru buat Indonesia. Paling tidak, Indonesia bisa mengikuti jejak Cina untuk menjadi negara maju.

"Karena mereka sudah jauh lebih maju dari kita. Tapi mereka ingin share juga teknologinya pada kita," ujarnya.

Kereta Cepat pertama milik Indonesia

Editorial Team

Tonton lebih seru di