Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
WhatsApp Image 2025-11-26 at 16.11.55.jpeg
Pembangunan Jembatan Kaca Sukamahi,Bogor yang dikerjakan oleh PT Wijaya Karya (Persero) Tbk kini telah mencapai 81,35 persen. (Eko Wahyudi/Fortune Indonesia)

Intinya sih...

  • Pembangunan Jembatan Kaca Bendungan Sukamahi di Bogor mencapai 81,3 persen hingga November 2025.

  • Jembatan ini memiliki panjang total 275 meter.

  • Waktu pengerjaannya diperpanjang lima bulan hingga pertengahan 2026.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bogor, FORTUNE - Proyek Jembatan Kaca Bendungan Sukamahi di Bogor, Jawa Barat, terus menunjukkan progres signifikan. Pembangunan yang kontraktor pelaksananya PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) itu Hingga akhir November 2025 telah menembus 81,3 persen. Fasilitas yang digadang sebagai jembatan kaca terpanjang di Indonesia tersebut ditargetkan beroperasi pada pertengahan 2026.

Site Manager Operation Proyek, Ridwan Budi Santoso, mengatakan Jembatan Kaca Bendungan Sukamahi dirancang melampaui Jembatan Kaca Seruni Point yang selama ini memegang rekor panjang bentangan.

“Secara teknis, proyek ini jauh dari kata sederhana,” kata Ridwan saat ditemui di Bogor, Rabu (26/11).

Meski berada di area yang relatif kecil di samping Bendungan Sukamahi, kompleksitas struktur dan teknologi yang digunakan membuat proyek ini sangat menantang.

Total panjangnya 275 meter, dengan 210 meter di antaranya berupa lantai kaca yang dapat diinjak. Struktur utama mengadopsi teknologi jembatan gantung berstandar internasional dengan penggunaan kabel baja tipe independent wire rope core (IWRC). Kabel baja pilin ini, yang terdiri atas 14 kawat tersusun, belum umum digunakan di Indonesia dan diadaptasi dari konstruksi luar negeri, khususnya Cina.

Jembatan Kaca Bendungan Sukamahi ditopang oleh lima struktur utama: Counterweight 1, Pilon 1, Pilon 2, dan Counterweight 2. Pilon utama menjulang sekitar 29,6 meter dari permukaan dek jembatan.

Dari sisi keamanan, setiap panel kaca setebal 30 milimeter dengan bobot sekitar 600 kilogram mampu menahan beban hingga 500 kilogram per meter persegi. Pada sisi kanan dan kiri kaca juga ditambahkan lapisan Wood Plastic Composite (WPC) sebagai jalur alternatif bagi pengunjung yang takut ketinggian.

Menurut Ridwan, jembatan ini dirancang memiliki umur layanan hingga 50 tahun dan telah memenuhi standar ketahanan gempa berdasarkan Peta Gempa Nasional dan BMKG.

WIKA juga mengusulkan pemasangan structural health monitoring system (SHMS), teknologi pemantau kesehatan struktur seperti yang digunakan pada jembatan Bromo. Sistem ini dapat mendeteksi pergerakan kabel, potensi penurunan struktur, hingga memberikan informasi real-time kepada pengunjung mengenai kondisi jembatan.

Awalnya, proyek ini bernilai Rp188,89 miliar. Namun, kebutuhan uji material teknologi IWRC hingga ke Australia, serta penambahan fitur seperti SHMS, amfiteater, dan toilet di ujung jembatan membuat waktu pengerjaan diperpanjang lima bulan hingga pertengahan 2026.

WIKA pun mengusulkan adendum kontrak yang totalnya mencapai sekitar Rp198 miliar. Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum (PU) sebagai pemilik proyek pun telah menyetujui usulan tersebut.

Setelah konstruksi fisik selesai pada awal tahun depan, proyek akan memasuki tahap uji layak fungsi oleh Kementerian PU pada pertengahan 2026.

 

Editorial Team