Jakarta, FORTUNE - Laporan Asuransi Properti dan Kecelakaan Dunia yang dirilis Capgemini dan Efma mengungkapkan bahwa kerugian yang diasuransikan dari bencana alam telah meningkat 250 persen dalam 30 tahun terakhir.
Kondisi yang dipengaruhi oleh perubahan iklim tersebut, seperti kebakaran hutan dan badai, menyebabkan industri asuransi mengalami kerugian.
Mengutip Reuters, pemimpin industri asuransi global di Capgemini Seth Rachlin mengatakan bahwa risiko bencana utama perusahaan asuransi di masa lalu biasanya dari badai di negara bagian AS seperti Florida dan Texas.
Namun, kini risiko tersebut mulai merambah ke negara-negara Eropa seperti Jerman yang dilanda banjir pada Juli 2021, serta negara bagian Australia yang sempat mengalami hujan lebat dan membanjiri wilayah di pantai timur-nya.
"Kami telah melihat banjir di Eropa dan kebakaran hutan di Australia, kebakaran hutan di California, itu menjadi masalah geografis yang lebih luas, mempengaruhi persentase yang lebih luas di bumi," ujar Rachlin.