Lewat teori yang dikembangkannya, Khomeini diterima sebagai pemimpin oposisi. Sepanjang 1975-1978, ia mendukung berbagai aksi demonstrasi.
Pada pertengahan 1970-an, pengaruh Khomeini semakin dikenal luas. Ia dikenal sebagai penentang rezim shah di Iran.
Perlawanan tersebut memaksanya untuk meninggalkan Iran pada 1978 atas desakan pengusaha Iran saat itu, Saddam Hussein. Setelah diusir, pendukung Khomeini mengirim pesan yang direkam melalui tape.
Hal tersebut memicu penolakan besar-besaran pada rezim kerajaan di negara tersebut. Pada akhir 1978, masyarakat Iran melakukan demonstrasi dan kerusuhan.
Pada akhirnya, kepemimpinan shah di Iran digulingkan pada 16 Januari 1979.
Khomeini tiba di Teheran pada 1 Februari 1979 dan diakui sebagai pemimpin agama dari revolusi Iran. Ia mengumumkan formasi pemerintah baru empat hari kemudian.
Referendum nasional yang dibuat pada April tahun tersebut mendapatkan respon positif dan dukungan pada institusi Republik Islam. Pada Desember, konstitusi dari Republik Islam disetujui.
Pada 3 Juni 1989, Khomeini meninggal dunia. Kepergiannya meninggalkan duka cita mendalam bagi masyarakat Iran.
Lebih dari 10 juta orang dari seluruh negeri menghadiri acara pemakaman Khomeini dan menjadikannya sebagai salah satu pemakaman terbesar yang pernah ada di dunia.
Rekam jejaknya sebagai politikus dan ulama yang kompleks menjadikan profil Ayatollah Ruhollah Khomeini dihormati sebagai pemimpin negara Iran. Bahkan, sosoknya menjadi salah satu tokoh dunia kontroversial dalam sejarah modern.
Meski sosoknya sudah tidak ada, warisan dan pengetahuannya masih dipertahankannya hingga saat ini oleh para penerusnya.