Selat Hormuz Terancam Ditutup, Apa Dampaknya?

Konflik Iran-Israel memasuki babak baru setelah Amerika Serikat melakukan serangan pada tiga fasilitas nuklir Iran.
Merespon keterlibatan AS, Parlemen Republik Islam Iran diketahui telah menyetujui usulan penutupan Selat Hormuz. Adapun Selat Hormuz merupakan jalur perdagangan minyak paling vital di dunia.
Usulan Selat Hormuz ditutup akan berdampak besar pada kondisi perekonomian global, terutama harga minyak dunia yang berpotensi mengalami lonjakan harga.
Lantas, seperti apa dampak ditutupnya Selat Hormuz? Simak risiko yang mungkin terjadi yang penting untuk diketahui di bawah ini.
Selat Hormuz terancam ditutup usai serangan AS
Seiring dengan memanasnya konflik Iran-Israel, kekhawatiran Selat Hormuz terancam ditutup kembali naik ke permukaan.
Dilansir Newsweek, Iran telah memberikan peringatan akan menutup Selat Hormuz sebagai respon keterlibatan AS dalam konflik tersebut.
“Jika Amerika Serikat secara resmi dan operasional memasuki perang untuk mendukung Zionis (Israel), itu adalah hak sah Iran dalam menekan AS dan negara-negara barat untuk mengganggu kemudahan transit perdagangan minyak mereka,” kata Ali Yazdikhah, anggota parlemen senior Iran, Kamis (19/6).
Menanggapi serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran pada Sabtu (21/6), Parlemen Republik Iran telah memberikan suara untuk mendukung penutupan Selat Hormuz.
Usulan penutupan jalur perdagangan minyak paling vital di dunia ini tentu akan berdampak signifikan pada kondisi perekonomian dunia.
Iran tidak pernah sepenuhnya menutup Selat Hormuz
Dalam perdagangan minyak global, Selat Hormuz memegang kunci penting pada kemudahan distribusi. Tidak jarang, gangguan dan ancaman kerap terjadi di Selat Hormuz.
Secara historis, Iran tidak pernah menutup Selat Hormuz dalam pengertian tradisional. Artinya, Iran belum pernah menutup jalur perdagangan minyak tersebut secara sepenuhnya sepanjang sejarah melansir dari berbagai sumber.
Meskipun tidak pernah menutupnya secara keseluruhan, Iran melakukan berbagai macam upaya untuk menjaga jalur komersial tersebut dengan mengganggu pengiriman global.
Diketahui Iran kerap menggunakan strategi untuk mengganggu jalur kapal sebagai bentuk perlawanan.
Saat konflik Iran-Irak pada tahun 1980-an, Iran maupun Irak menargetkan sejumlah kapal komersial yang melintasi Selat Hormuz yang dikenal sebagai Perang Tanker.
Selama konflik tersebut, Selat Hormuz tidak pernah sepenuhnya ditutup. Namun, akibatnya ada banyak korban jiwa yang berjatuh di kedua belah pihak.
Iran dapat mencoba menghalangi kapal yang melintasi selat
Sepanjang rekam jejak gangguan yang terjadi di Selat Hormuz, Iran banyak melakukan tindakan menghalangi laju kapal yang melintasi jalur tersebut.
Di tahun 2011, Iran pernah menyuarakan ancaman penutupan Selat Hormuz. Namun, ancaman tersebut tidak pernah ditindaklanjuti oleh pihak terkait.
Pada 2012, Iran tercatat pernah mengancam akan menghalangi kapal-kapal yang berlayar sebagai respon atas sanksi minyak.
Berdasarkan laporan tahun 2012 oleh Congressional Research Service (CRS) AS, Iran dapat mencoba menghalangi jalur tersebut secara bertahap.
Tindakan tersebut dapat meliputi menyatakan selat akan ditutup, kapal-kapal dapat dicegat hingga diserang, menembakan tembakan peringatan, menempatkan ranjau laut, hingga memakai fasilitas laut dan udara untuk menyerang kapal asing di Selat Hormuz.
Harga minyak global terancam melonjak naik
Mengingat keberadaan Selat Hormuz sangat penting dalam jalur perdagangan dan distribusi energi dunia, ancaman Selat Hormuz ditutup tidak boleh disepelekan.
Terlebih pada kestabilan harga minyak global yang akan mengalami dampak langsung. Dilansir Reuters, harga minyak global mengalami kenaikan sebesar 3 persen di tengah ketegangan konflik Iran-Israel per Kamis (19/6).
“Harga minyak diperkirakan akan melonjak,” kata Jorge León, kepala analis geopolitik di perusahaan intelijen energi Rystad dan mantan pejabat di OPEC, dikutip dari The Guardian, Senin (23/6).
Menurut León, harga minyak akan mengalami lonjakan tajam dalam skenario ekstrem di mana Iran merespon dengan serangan langsung atau menargetkan infrastruktur minyak regional.
JP Morgan sebelumnya telah memperkirakan bahwa harga minyak dapat naik dan mencapai harga 130 dolar AS per barel akibat konflik Timur Tengah berkepanjangan dengan penutupan Selat Hormuz untuk jangka waktu yang lama.
Mengancam kestabilan geopolitik dan keamanan regional
Dari usulan Selat Hormuz terancam ditutup, harga minyak global sudah mengalami kenaikan harga. Efek berantai juga dapat terjadi akibat ancaman tersebut.
Tidak hanya menyulitkan distribusi energi global dan harga minyak naik secara tajam, Selat Hormuz ditutup juga berpotensi meningkatkan ketegangan geopolitik dan keamanan.
Lonjakan harga minyak dapat mendorong inflasi dan mengganggu sektor industri sejumlah negara. Terlebih sektor transportasi, pertanian, dan manufaktur sangat rentan terdampak.
Penutupan Selat Hormuz juga berpotensi mengancam kestabilan geopolitik dan keamanan. Konfrontasi militer yang melibatkan sejumlah negara di dunia akan memicu perang regional yang lebih luas. Bahkan, negara di sekitar dapat ikut terlibat akibat konflik di Timur Tengah yang semakin memanas dan berkepanjangan.
Hingga saat ini, keputusan akhir terkait Selat Hormuz terancam ditutup berada di tangan Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran yang dipimpin oleh Ayatollah Ali Khamenei.
Pemungutan suara yang berada di parlemen memberikan opsi yang dapat diambil dalam menghadapi serangan terhadap Iran.