Jakarta, FORTUNE - Realisasi program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) oleh Perum Bulog berjalan lambat. Hingga 11 Agustus 2025, distribusi beras SPHP baru mencapai 16.742 ton, atau hanya sekitar 1 persen dari total target 1,318 juta ton yang harus disalurkan pada periode Juli–Desember 2025.
Demikian konfirmasi dari Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog, Mokhamad Suyamto, dalam rapat koordinasi virtual, Senin (11/8).
Berdasarkan data Bulog, provinsi dengan realisasi penyaluran SPHP tertinggi adalah Sulawesi Selatan (1.800 ton) dan Jawa Timur (1.300 ton). Sebaliknya, tiga provinsi dengan serapan terendah adalah Papua Selatan (930 ton), DKI Jakarta (603 ton), dan Papua Barat Daya (487 ton).
Penyaluran beras SPHP hingga kini masih didominasi oleh saluran tradisional. Mayoritas disalurkan melalui 3.223 pengecer di pasar rakyat dengan total volume mencapai 96.000 ton. Posisi kedua ditempati oleh gerai pangan binaan pemerintah daerah dengan 15.000 ton dari 722 mitra. Sementara itu, penyaluran melalui ritel modern (190 ton) dan operasi pangan murah (84 ton) masih sangat terbatas.
Bulog kini memperluas jangkauan distribusi dengan menggandeng ritel modern dan mengoptimalkan program Rumah Pangan Kita (RPK).
“Mudah-mudahan minggu ini semua ritel modern sudah bisa menjual beras SPHP,” ujar Suyamto.
Langkah percepatan ini mulai menunjukkan potensi. Total permintaan dari jaringan ritel modern telah mencapai 100.592 ton. Tercatat, empat jaringan ritel besar telah memesan beras SPHP dalam jumlah signifikan.
Indomaret, misalnya, memesan 1.097.500 kilogram dan telah berhasil menjual 139.975 kilogram. Sementara itu, Alfamart memesan 460.000 kilogram dan telah menjual 14.600 kilogram.
Selain melalui kemitraan, Bulog juga menjalankan program penjualan langsung dengan mengeluarkan 5 ton beras setiap hari dari setiap gudang di 504 kompleks miliknya untuk dijual di pasar maupun titik-titik keramaian.
Dengan sisa waktu hingga akhir tahun, Bulog menargetkan percepatan distribusi melalui kombinasi saluran pasar rakyat, RPK, ritel modern, dan penjualan langsung untuk mengejar target penyaluran 1,318 juta ton demi menjaga stabilitas harga pangan nasional.