Penobatan Elon Musk Sebagai ‘Person of The Year’ Tuai Banyak Kritikan

Jakarta, FORTUNE – Majalah Time baru saja menobatkan Elon Musk sebagai ‘Person of The Year’ 20201. Namun, sejumlah pihak mengkritik penobatan ini, karena sikap Musk terkait pajak, penentangan pada serikat pekerja, dan meremehkan bahaya Covid di masa lalu.
Guardian (14/12) menuliskan bahwa Elon Musk memang dikenal sebagai salah satu pengusaha besar dan orang terkaya di dunia. Selain membawa Tesla menjadi salah satu perusahaan otomotif paling berharga di dunia, ia juga memimpin eksplorasi ruang angkasa SpaceX yang bekerja sama dengan NASA untuk mengirim astronot ke bulan pada 2025. Bahkan, Musk berencana untuk mendaratkan manusia di planet Mars.
Majalah Time sempat menyoroti salah satu tweet Elon Musk yang menyebutkan bahwa setengah dari cuitannya ‘dibuat di atas tahta porselen’. Hal ini dilakukan sesaat sebelum Time menyimpulkan Musk sebagai, “orang orang yang bercita-cita untuk menyelamatkan planet kita dan membawa kita ke tempat lain yang lebih layak huni.”
Kontroversi terkait pajak
Musk memang memiliki banyak karya luar biasa dan sepak terjang yang istimewa. Sayangnya, ia juga terkenal sebagai pribadi yang kontroversial. Musk memiliki sejumlah catatan di media sosial yang menunjukkan sikap menentang pajak miliarder. Bersama orang super kaya lainnya, Musk hanya membayar tarif pajak yang kecil, tidak sebanding dengan kekayaannya.
Sikap ini jelas menimbulkan berbagai pendapat. Menurut Guardian, dengan adanya peningkatan signifikan dalam total kekayaannya antara tahun 2014-2018, Musk hanya membayar tarif pajak sebesar 3,27 persen. Hal ini memang legal, namun tarif ini justru menunjukkan kelemahan undang-undang pajak Amerika Serikat, tentang pungutan pada peningkatan kekayaan yang berasal dari aset dengan pemajakan pada upah.
Senator Elizabeth Warren menuliskan di twitter bahwa perlu adanya reformasi pada kode pajak, "sehingga ‘The Person of The Year’ benar-benar membayar pajak dan berhenti membebani orang lain".