Riset IHATEC: Milenial Anggap Penting Label Halal di Kafe dan Restoran

Harga dan kualitas jadi pertimbangan utama memilih produk.

Riset IHATEC: Milenial Anggap Penting Label Halal di Kafe dan Restoran
Pada latar belakang adalah logo halal baru yang dirilis oleh BPJPH. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - IHATEC Marketing Research meluncurkan Top Halal Indeks 2022 bertajuk "Persepsi Milenial Indonesia terhadap Produk Halal". 

Kepala Divisi Riset IHATEC Marketing Research, Fachruddin Putra, menyampaikan riset ini menggambarkan tingkat kepentingan label halal dari masing-masing kategori produk di pasar.

Pengumpulan data, kata Fachruddin, dilakukan dengan metode wawancara langsung kepada responden atau face to face interview

"Responden yang dipilih adalah mereka yang berusia 20 sampai 40 tahun (kelompok milenial), yang terdiri dari 87 persen responden muslim dan 13 persen responden nonmuslim," tuturnya dalam peluncuran riset secara virtual, Rabu (22/6).

Riset juga merangkum temuan penting yang perlu menjadi catatan soal kebutuhan produk halal bagi milenial sebagai generasi dengan jumlah besar dan daya beli yang kuat. 

Lebih lanjut, hasil survei juga memperlihatkan bahwa dari 7 kategori produk (Makanan dan Minuman, Toiletries, Kosmetik, Obat-obatan, Restoran & Café, Fashion, dan Jasa), kategori Restoran & Café dianggap penting dan sangat penting dicantumkan label halal dengan persentase 93 persen.

Kafe dan restoran berlabel halal paling penting

source_name

Dalam riset tersebut, kafe dan restoran memiliki tingkat kepentingan label halal tertinggi dengan nilai 93 persen.

"Kemudian yang kedua adalah makanan dan minuman dengan nilai 92 persen. Artinya, dari angka-angka ini menunjukkan bahwa konsumen milenial kita itu concern sekali terhadap produk halal terutama yang langsung ready to drink atau ready to eat," katanya.

Fachruddin mengatakan, kafe dan restoran termasuk kategori ready to drink atau ready to eat. Keduanya juga masuk kategori yang langsung dikonsumsi. Namun, menurut dia yang juga perlu diperhatikan adalah pertumbuhan produk fesyen dan jasa. 

"Fesyen dan jasa ternyata juga memiliki tingkat kepentingan label halal di atas rata-rata, yaitu 78 persen, dan jasa 76 persen. Ini menjadi peluang yang cukup besar," ujarnya. 

Ke depannya kaum milenial sebagai pemegang keputusan dalam berbelanja itu sudah mulai memperhatikan pakaian atau produk fesyen yang berlabel halal atau terbuat dari bahan halal. "Begitu juga produk jasa," katanya.

Tak segan bayar mahal demi produk halal

source_name

Uniknya, tak sedikit responden yang bersedia membayar suatu produk halal dengan harga lebih mahal dibanding dengan produk serupa, yakni 68,8 persen. 

Hal ini menunjukkan bahwa label halal memberikan nilai tambah terhadap sebuah produk. Selain itu, label halal juga mendapatkan respons positif dari responden. Banyak di antaranya yang menganggap bahwa produk halal juga pasti berkualitas, higienis, dan sehat.

Produk jasa, lanjut Fachruddin, yaitu berupa perbankan, jasa keuangan seperti leasing atau financing, dan travel halal. Kepentingan label pada berbagai produk jasa juga dipertimbangkan oleh kaum milenial dalam memilih produk dan jasa tersebut.

 "Jadi, ini menjadi pertimbangan yang penting bagi mereka milenial," katanya.

Kesadaran gaya hidup halal meningkat

source_name

Direktur Indonesia Halal Training & Education Center (IHATEC), Evrin Lutfika, menyampaikan kesadaran gaya hidup halal akan terus meningkat. Bahkan, estimasi pertumbuhan sektor halal hingga 2023 juga akan terus mengalami pertumbuhan. 

Evrin mengatakan, produk pangan diperkirakan tumbuh 43 persen, obat 51 persen, kosmetik 48 persen, fesyen 34 persen, dan travel 55 persen. 

"Hal ini karena populasi Muslim di dunia besar, yaitu 24,9 persen atau 1,9 miliar dari total penduduk dunia. Sedangkan populasi Muslim di Indonesia sebanyak 87 persen," kata dia. 

Evrin menjelaskan, Sumber Daya Manusia (SDM) tentu tidak cukup sebagai pilar ekosistem halal. Sebab, ada konsumen yang berpengaruh pada besarnya pertumbuhan produk pangan halal, terutama dari generasi milenial yang memiliki jumlah besar dengan daya beli yang kuat.

Menariknya, harga dan kualitas masih menjadi pertimbangan utama responden dalam memilih suatu produk. Sementara itu, hanya 28 persen responden yang menyebut halal secara spontan sebagai faktor penting atau utama dalam pembelian produk.

Kemudian dari responden yang tidak menyebut halal secara spontan, ditanyakan apakah halal menjadi faktor pertimbangan dalam pembelian, sebanyak 77 persen menjawab YA, dan 23 persen lainnya menjawab TIDAK.

Ramai-ramai mencari informasi produk halal

source_name

Hasil survei mengungkapkan, dari sekian banyak sumber informasi, Google menjadi sumber informasi yang paling sering diakses oleh Milenial dalam mencari informasi halal, yakni 45,2 persen responden. 

Sumber informasi berikutnya adalah media massa (cetak/elektronik), seperti koran, TV dan media online dengan 12,5 persen responden. Kemudian situs web MUI mencatat 10,2 persen, Instagram 7,5 persen, dan Facebook sebanyak 6,2 persen responden.

“Temuan tersebut menunjukkan bahwa para milenial sangat perhatian terhadap produk-produk yang dikonsumsi untuk dicantumkan label halal, baik itu produk yang dikonsumsi secara langsung maupun tidak,” kata Fachruddin.

Related Topics

Ekosistem HalalHalal

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Paylater Layaknya Pedang Bermata Dua, Kenali Risiko dan Manfaatnya
Bidik Pasar ASEAN, Microsoft Investasi US$2,2 Miliar di Malaysia
LPS Bayarkan Klaim Rp237 Miliar ke Nasabah BPR Kolaps dalam 4 Bulan
Bukan Cuma Untuk Umrah, Arab Saudi Targetkan 2,2 Juta Wisatawan RI
BI Optimistis Rupiah Menguat ke Rp15.800 per US$, Ini Faktor-faktornya
Rambah Bisnis Es Krim, TGUK Gandeng Aice Siapkan Investasi Rp700 M