Jakarta, FORTUNE – Kontribusi ekonomi syariah atau usaha dan pembiayaan syariah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) RI masih terbilang rendah di level 46,71 persen di 2024. Padahal, lebih dari 86 persen penduduk Indonesia adalah muslim. Hal ini menunjukkan adanya disparitas antara potensi dan aktualisasi.
Kepala Center for Sharia Economic Development (CSED) INDEF, Nur Hidayah, menilai ekonomi syariah masih terjebak dalam pendekatan sektoral. Seperti hanya fokus pada keuangan syariah atau industri halal, tanpa pendekatan integratif yang menggabungkan dimensi fiskal, moneter, sosial, dan spasial.
“Kita tidak sedang kekurangan inisiatif, tetapi kekurangan orkestrasi kebijakan dan arah besar yang sistemik. Ekonomi syariah harus ditempatkan sebagai bagian integral dari strategi pembangunan nasional, bukan kompartemen terpisah dengan jargon keagamaan semata” ungkap Nur melalui keterangan resmi di Jakarta, Rabu (14/5).
Ia menyatakan bahwa arah baru ekonomi dan keuangan syariah Indonesia harus dimulai dari perubahan paradigma makro. Bukan sekadar reformasi kelembagaan, tetapi menyusun ulang landscape struktural yang selama ini membatasi kontribusi sektor ini terhadap pertumbuhan nasional.