Pengamat: Kebijakan Baru AS Bisa Memperparah Kelangkaan Chip Global

Efek kelangkaan chip bisa pengaruhi produksi smartphone RI.

Pengamat: Kebijakan Baru AS Bisa Memperparah Kelangkaan Chip Global
Ilustrasi chip. (ShutterStock_Connect World)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Pengamat gawai elektronik dari Gatorade, Lucky Sebastian, mengatakan kebijakan Amerika Serikat (AS) untuk menghentikan sementara pasokan chip ke Cina dapat semakin mempengaruhi pasokan dan kelangkaan chip global yang belum pulih sejak pandemi.

"Efeknya ke global, karena terpengaruhnya rantai pasokan berarti pemulihan shortage chip akan lebih lama, dan ini bisa jadi akan berpengaruh juga terhadap produksi smartphone di Indonesia,” kata Lucky kepada Fortune Indonesia, Senin (17/10).

Dampak kebijakan AS ini menurutnya akan terasa di tahun depan. Kebijakan pembatasan ini juga dikhawatirkan dapat berimbas terhadap produsen-produsen chip di Cina. Produksi PC (personal computer), laptop, smartphone dan peralatan elektronik lain, tidak hanya bergantung dari chip buatan pabrikan sendiri, namun sebagian juga bergantung dari buatan pabrikan Cina.

Menghambat perkembangan Cina

Ilustrasi penggunaan teknologi dalam bisnis/Pixabay

Dalam hal teknologi pembuatan chip, Cina memang tertinggal dari AS, tapi dalam beberapa waktu belakangan pabrikan chip Cina pun tengah berkembang pesat. “Nah, kondisi ini yang ingin di-cut oleh AS,” ujarnya.

Penghentian dan kebijakan untuk menghambat pasokan chip ke Cina ini dilakukan AS untuk memperlambat kemampuan Cina dalam mengembangkan chip berteknologi tinggi, terutama yang digunakan pada peralatan militer, bahkan super computer Cina.

Untuk itu, kebijakan pembatasan ini diterapkan pada dua tahap, yakni penggunaan peralatan atau pembuatan chip yang hak patennya dimiliki AS, atau didaftarkan di AS oleh pabrikan milik Cina, sekaligus ekspor chip berkemampuan Artificial Intelligent (AI) ke Cina.

“Kedua, yang terbaru, pelarangan pengiriman peralatan pembuat chip dengan teknologi tinggi ke Cina,” katanya.

Aturan bagi pekerja

Ilustrasi ekonomi digital. (Pixabay/Geralt)

Melansir Fortune.com, kontrol ekspor chip dari AS ke Cina untuk pertama kalinya juga mencakup ke level pekerja, bukan lagi terbatas hanya organisasi atau perusahaan. Aturan tersebut menyatakan bahwa warga negara AS yang tetap mendukung pengembangan atau produksi chip di pabrikan Cina yang tak berlisensi dari AS, harus memilih antara kewarganegaraan atau pekerjaan mereka.

Salah satu contoh, ASML Holding yang berbasis di Belanda, yang memproduksi peralatan pembuatan chip penting, mengatakan kepada stafnya yang berbasis di AS untuk segera menghentikan semua keterlibatan dengan pelanggan Cina.

Departemen Perdagangan AS sudah mengeluarkan peraturan yang membatasi penjualan semikonduktor dan peralatan pembuatan chip ke Cina. Sejumlah perusahaan masuk dalam daftar belum terverifikasi, yang membuat pasokan chip ke negara Tirai Bambu tersebut makin terbatas.

Tanggapan Cina

Presiden Tiongkok XI Jinping. Shutterstock/Kaliva

Dalam kongres Partai Komunis Cina, seperti dilansir dari Bloomberg, Presiden Cina, Xi Jinping berjanji negaranya akan memenangkan pengembangkan teknologi yang memiliki peran strategis, di tengah pembatasan yang dilakukan AS.

“Kami akan fokus pada kebutuhan strategis nasional, mengumpulkan kekuatan untuk melakukan penelitian ilmiah dan teknologi asli dan terkemuka, dan dengan tegas memenangkan pertempuran dalam teknologi inti utama,” kata Xi, Minggu (16/10).

Cina akan mempercepat inovasi di berbagai bidang krusial yang beririsan dengan teknologi canggih berkomponen semikonduktor. Beijing, menurut Xi, mengkritik pembatasan AS yang dipandang akan berdampak signifikan pada rantai pasok elektronik dan perekonomian global.

Related Topics

Kelangkaan ChipChip

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Paylater Layaknya Pedang Bermata Dua, Kenali Risiko dan Manfaatnya
Bidik Pasar ASEAN, Microsoft Investasi US$2,2 Miliar di Malaysia
LPS Bayarkan Klaim Rp237 Miliar ke Nasabah BPR Kolaps dalam 4 Bulan
Bukan Cuma Untuk Umrah, Arab Saudi Targetkan 2,2 Juta Wisatawan RI
BI Optimistis Rupiah Menguat ke Rp15.800 per US$, Ini Faktor-faktornya
Rambah Bisnis Es Krim, TGUK Gandeng Aice Siapkan Investasi Rp700 M