7 Tren Teknologi Lintas Industri yang Mendisrupsi Dunia Bisnis

Investasi teknologi masa depan membawa perubahan signifikan

7 Tren Teknologi Lintas Industri yang Mendisrupsi Dunia Bisnis
Ilustrasi teknologi masa depan. Shutterstock/Zapp2Photo
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Analisis McKinsey baru-baru ini meneliti teknologi mana yang akan memiliki momentum paling besar dalam 10 tahun ke depan. Tren ini tentu perlu diketahui tim keamanan perusahaan untuk melindungi organisasi mereka secara efektif.

Bayangkan sebuah skenario di mana retailers menggabungkan sensor, visi komputer, kecerdasan buatan, augmented reality (AR), dan komputasi yang mendalam dan spasial untuk memberikan pengalaman pengguna yang mendalam. 

Atau bayangkan pembuat mobil menggunakan sensor untuk menangkap sinyal kendaraan, memantau kondisi setiap sistem di dalam mobil, dan memberitahukan pemiliknya untuk menjadwalkan perbaikan sebelum terjadi kerusakan.

Skenario ini bukan mustahil. Inovasi teknologi yang terjadi dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan ada tujuh tren lintas industri—yang secara individu dan kombinasinya—akan memiliki dampak seismik di seluruh sektor industri, menurut penelitian terbaru dari McKinsey & Co.

Berbagai tren teknologi mutakhir memiliki potensi untuk membentuk kembali model bisnis saat ini, mengaktifkan aplikasi dan layanan baru, serta dan mendefinisikan ulang cara bekerja. Dirangkum dari Dark Reading, Selasa (26/10) berikut ini tren teknologi masa depan yang perlu diketahui para leader untuk memahami dampaknya, agar memastikan pengamanan dan perlindungan yang tepat saat memanfaatkan potensinya di masa mendatang.

1. Next-Level Process Automation

Sekitar setengah dari semua aktivitas kerja yang ada dapat diotomatisasi pada tahun 2025, kata McKinsey. Otomatisasi dan virtualisasi proses tingkat berikutnya mencakup industrial IoT(IIoT), collaborative robots, dan robotic process automation (RPA). 

Virtualisasi proses mencakup simulasi lanjutan menggunakan kembar digital dan pencetakan 3D/4D untuk mengubah cara produk dikembangkan.

McKinsey memprediksi, lebih dari 50 miliar perangkat akan terhubung ke IIoT pada tahun 2025, dan 70 persen produsen akan secara teratur menggunakan kembar digital pada tahun 2022.

2. Future of Connectivity

Konektivitas yang lebih cepat—dimungkinkan oleh jaringan 5G dan pasar IoT yang sedang booming—akan memungkinkan konektivitas yang lebih cepat melintasi jarak yang lebih jauh.

Layanan baru akan mencakup pemantauan pasien jarak jauh; model bisnis baru, seperti cara pengiriman energi baru; dan pengalaman pelanggan generasi berikutnya, seperti virtual reality. Pada tahun 2030, McKinsey memperkirakan high-band atau low-to mid-band 5G akan menjangkau hingga 80 persen populasi global.

Melihat kemungkinan ini, para security leaders sudah menghadapi tantangan untuk melindungi IoT, dan adopsi teknologi di masa depan tentu akan semakin memperumit masalah. Perlindungan data akan terus menjadi masalah keamanan yang signifikan.

3. Infrastruktur Terdistribusi

Adopsi cloud dan edge computing akan terus berkembang. Pada tahun 2022, 70 persen perusahaan akan menggunakan platform hybrid-cloud dan multicloud sebagai bagian dari infrastruktur TI terdistribusi.

McKinsey memprediksi, pada 2025 lebih dari 75 persen data yang dihasilkan perusahaan akan diproses oleh komputasi edge atau cloud. Perangkat lunak yang bersumber dari perusahaan dari platform layanan cloud, repositori terbuka, dan penyedia perangkat software-as-a-service  (SaaS) akan meningkat dari 23 persen hari ini menjadi hampir 50 persen pada 2025.

“Ketersediaan infrastruktur dan layanan TI yang luas melalui komputasi awan akan menghilangkan infrastruktur TI di lokasi dan memperdagangkan pengaturan dan pemeliharaan TI,” kata McKinsey. 

Perusahaan dapat mengurangi kompleksitas, menghemat biaya, dan memperkuat pertahanan keamanan siber mereka.

4. Next-Generation Computing

Selanjutnya, next-generation computing mungkin merupakan tren yang paling luas jangkauannya, karena mencakup komputasi kuantum dan komputasi "neuromorfik", yang melibatkan pengembangan sirkuit terpadu khusus aplikasi. 

McKinsey memperkirakan nilai potensi kasus penggunaan komputasi kuantum pada skala penuh pada tahun 2035 akan melampaui US$1 triliun.

Perlu diingat bahwa komputasi kuantum kemungkinan akan merusak sebagian besar algoritma keamanan kriptografi modern. Ini akan berdampak signifikan pada bagaimana organisasi melindungi informasi. 

“Organisasi harus menjaga rahasia dagang dan data lainnya selama peralihan dari kriptografi saat ini ke kuantum,” kata McKinsey.

5. AI Terapan

Artificial intelligence (AI) masih dalam tahap awal, dan perusahaan terus mencari cara untuk memanfaatkannya dengan benar.

“Meskipun perusahaan mana pun bisa mendapatkan nilai bagus dari AI jika diterapkan secara efektif dan berulang, kurang dari seperempat responden melaporkan dampak bottom-line yang signifikan,” kata McKinsey.

Saat AI matang dan terus berkembang, ini akan memungkinkan aplikasi baru dengan memproses data untuk mengungkap wawasan pelanggan yang terperinci dan mengotomatiskan tugas berulang, seperti pengarsipan dan persiapan dokumen. 

Hal ini juga diharapkan dapat mendukung layanan khusus, seperti memungkinkan para insinyur untuk melakukan perbaikan dari jarak jauh. AI dapat berperan dalam pertahanan keamanan dengan melatih mesin untuk mengenali pola dan kemudian merespons pola yang terdeteksi.

6. Future of Programming

McKinsey memprediksi “Software 2.0,” di mana  neural networks dan machine learning akan digunakan untuk menulis kode dan membuat perangkat lunak baru. Mungkin ada pengurangan 30 kali lipat dalam waktu yang dibutuhkan untuk pengembangan dan analitik perangkat lunak.

Software 2.0 akan membantu mengembangkan dan menerapkan model AI yang rumit, tetapi juga akan meningkatkan pengembangan perangkat lunak saat ini dengan menstandardisasi dan mengotomatiskan tugas pemrograman biasa.

Dengan menyediakan cara yang lebih iteratif (berulang) dan intuitif untuk menyesuaikan kode yang ada, dapat berpotensi menghilangkan beberapa kesalahan pemrograman umum.

7. Trust Architecture (TA)

McKinsey menyebutkan, tren terakhir adalah trust architecture (TA) yang diibaratkan model keamanan tanpa kepercayaan—menggambarkan serangkaian teknologi dan pendekatan yang dirancang untuk dunia yang meningkatkan serangan siber.

Trust architecture menyediakan struktur untuk memverifikasi keandalan perangkat saat data mengalir di seluruh jaringan, API, dan aplikasi,” kata McKinsey.

Ada kemungkinan apabila perusahaan menggunakan langkah-langkah architecture untuk mengurangi ancaman pelanggaran data, maka risiko siber mereka akan berkurang. Sementara zero trust dapat menurunkan pengeluaran operasional dan modal yang terkait dengan keamanan siber dalam beberapa kasus, area lain akan melihat pengeluaran keamanan siber meningkat secara dramatis.

Tren Teknologi Mempengaruhi Semua Sektor

Perlu dicatat bahwa tren teknologi ini akan mempengaruhi semua sektor, tetapi jumlah gangguan dan dampak teknologi akan bervariasi. Misalnya, dalam pergeseran ke trust architecture (TA) akan dirasakan di semua sektor. Namun, analisis McKinsey menunjukkan bidang farmasi, perawatan kesehatan, teknologi informasi, dan telekomunikasi akan mengalami disrupsi paling besar. 

Sebagai perbandingan, perubahan dalam TA akan berdampak terbatas di sektor industri otomotif dan kimia. Sementara itu, AI terapan dan otomatisasi proses tingkat berikutnya akan memiliki dampak paling luas, terutama berdampak pada banyak industri.

Dalam penelitian ini, McKinsey memeriksa berbagai faktor, seperti pengajuan paten, publikasi, penyebutan berita, tren pencarian online, jumlah investasi swasta, dan jumlah perusahaan yang melakukan investasi. Tujuannya untuk mengidentifikasi tren teknologi yang paling penting bagi para eksekutif dan organisasi mereka. 

Faktor tersebut mungkin tidak semuanya mewakili teknologi paling keren atau paling mutakhir. Namun, untuk adopsinya masih menyedot modal ventura yang signifikan dan diharapkan memiliki dampak terbesar pada organisasi.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Mengenal Proses Screening Interview dan Tahapannya
Cara Mengaktifkan eSIM di iPhone dan Cara Menggunakannya
Bidik Pasar ASEAN, Microsoft Investasi US$2,2 Miliar di Malaysia
Perusahaan AS Akan Bangun PLTN Pertama Indonesia Senilai Rp17 Triliun
SMF Akui Kenaikan BI Rate Belum Berdampak ke Bunga KPR Bersubsidi
Digempur Sentimen Negatif, Laba Barito Pacific Tergerus 61,9 Persen