Akibat Tekanan Inflasi, Pasar Ponsel RI Terjungkal pada Q3-2022

Oppo menjadi penguasa pasar ponsel domestik.

Akibat Tekanan Inflasi, Pasar Ponsel RI Terjungkal pada Q3-2022
ilustrasi ponsel (unsplash.com/Jordan)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Pasar ponsel Indonesia pada kuartal ketiga tahun ini tertekan oleh tingginya tekanan inflasi. Namun, smartphone kelas menengah ke atas masih banyak permintaan karena disinyalir daya beli segmen ini masih tetap baik.

Siaran pers Internasional Data Corporation (IDC), Selasa (15/11), menyatakan pengapalan ponsel pintar Indonesia pada Juli sampai September tahun ini hanya mencapai 8,1 juta unit atau turun 12,4 persen ketimbang periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy).

Menurut Associate Market Analyst IDC Indonesia, Vanessa Aurelia, kondisi pasar smartphone itu dihantui inflasi yang mencapai 5,95 persen secara tahunan (yoy) pada September. Kenaikan indeks harga konsumen itu ditengarai akibat lonjakan harga bahan bakar minyak (BBM), yang "berdampak pada daya beli konsumen dan permintaan secara keseluruhan,” ujar Aurelia. Menurutnya, produsen smartphone merespons kondisi tersebut dengan mempertimbangkan peluncuran produk secara strategis, serta menawarkan pelbagai diskon dan cashback untuk mendorong permintaan.

Lalu, menurut Canalys, pengiriman smartphone Indonesia pada periode sama turun 21 persen secara tahunan—lebih tinggi dari catatan IDC. Firma riset itu mengutip “kondisi ekonomi makro yang tidak menunjukkan perbaikan”.

“Permintaan smartphone yang tinggi pada Q3/2021 setelah pelonggaran pembatasan COVID-19 yang menghasilkan pengiriman yang lebih tinggi membuat kuartal ini terlihat lebih buruk,” ujar Senior Analyst Canalys, Firman Abdillah, dalam rilis pers, Senin (14/11).

Ponsel menengah atas tetap perkasa

Ilustrasi toko ponsel. Shutterstock/bodnar.photo

Meski pasar ponsel secara keseluruhan turun, situasi berbeda terjadi pada segmen smartphone menengah. Dalam catatan IDC, ponsel pintar pada kisaran harga Rp3 juta–6 jutamenunjukkan permintaan yang stabil, dan di atas Rp6 juta malah memperlihatkan penguatan.

Situasi tersebut berbeda ketimbang segmen Rp1,5 juta–3 juta yang membukukan penurunan.

IDC memperkirakan pergerakan nilai tukar yang fluktuatif, kenaikan suku bunga, dan , situasi inflasi tinggi, pasar smartphone secara keseluruhan diperkirakan tetap berada di bawah tekanan. Karenanya, pengapalan ponsel pintar secara keseluruhan pada 2022 akan lebih rendah dibandingkan tahun lalu.

Senada, Firman Abdillah dari Canalys menyebutkan ponsel pintar dengan harga di atas Rp7 juta takkan terdampak oleh ekonomi makro. Menurut firma riset ini, situasi itu terjadi karena konsumen di kelas ini memiliki daya beli tergolong baik.

“Segmen harga Rp7 juta–10 juta dapat menjadi pasar yang menarik mengingat pertumbuhannya yang tinggi di masa ekonomi yang bergejolak,” ujarnya.

Memasuki kuartal keempat tahun ini, menurut Abdillah, Canalys memproyeksikan perkembangan positif pasal ponsel sejalan dengan pemulihan ekonomi. Menurutnya, terdapat oprtimisme akan kemungkinna permintaan ponsel pintar dengan harga terjangkau.

“Kami mungkin melihat peningkatan lebih lanjut dalam spesifikasi di sini untuk model-model baru. Hal ini dapat memicu permintaan melalui peningkatan ponsel cerdas, terutama bila ada kemungkinan permintaan yang terpendam di Q4,” katanya.

Persaingan Oppo vs Samsung

Ilustrasi ponsel pintar. Shutterstock/ImYanis

Oppo pada kuartal ketiga tahun ini berhasil menjadi penguasa pasar ponsel domestik, menurut IDC. Produsen ponsel pintar itu sanggup mereguk 22,9 persen pangsa pasar. Oppo berhasil meraih posisi tersebut berkat lini ponsel, seperti A16, A57, dan Reno8.

Sedangkan, Samsung mesti puas pada posisi kedua karena pangsa pasarnya hanya sekitar 21,6 persen. Setelahnya, diikuti vivo 18,8 persen, Xiaomi 13,6 persen, dan realme 11,0 persen.

Di sisi lain, sorotan tentu mengarah kepada Samsung karena menjadi satu-satunya yang berhasil mencatatkan pertumbuhan ponsel secara tahunan mencapai 14,6 persen—terlebih ketika sejumlah produsen lain membukukan penurunan. Kinerja vendor asal Korea Selatan ini positif karena produknya, yakni Galaxy A13 dan A03 serta Z Fold 4 dan Z Flip 4.

Di luar itu Canalys menyoroti pangsa pasar smartphone 5G yang mencapai 25 persen pada periode sama. Secara pertumbuhan, ponsel pintar dengan teknologi sinyal terbaru ini sanggup tumbuh 42 persen.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Astra International (ASII) Bagi Dividen Rp17 Triliun, Ini Jadwalnya
Mengenal Proses Screening Interview dan Tahapannya
Cara Mengaktifkan eSIM di iPhone dan Cara Menggunakannya
Digempur Sentimen Negatif, Laba Barito Pacific Tergerus 61,9 Persen
Perusahaan AS Akan Bangun PLTN Pertama Indonesia Senilai Rp17 Triliun
SMF Akui Kenaikan BI Rate Belum Berdampak ke Bunga KPR Bersubsidi