Inflasi Paksa Xiaomi untuk PHK Lebih Dari 900 Pekerjanya

Laba Xiaomi turun hingga 83,5 persen.

Inflasi Paksa Xiaomi untuk PHK Lebih Dari 900 Pekerjanya
Xiaomi Store di Hangzhou, Cina. Shutterstock/Think A
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Xiaomi dikabarkan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) secara massal terhadap ratusan karyawannya. Langkah efisiensi tersebut diambil karena kinerja bisnisnya mengalami penurunan akibat gejolak ekonomi.

Dikutip dari South China Morning Post (SCMP), Selasa (23/8), perusahaan smartphone dari Cina itu memangkas lebih dari 900 pekerjanya dalam tiga bulan terakhir. Jumlah tersebut setara dengan 3 persen dari total tenaga kerja perusahaan.

Pada 30 Juni 2022, perusahaan yang berkantor pusat di Beijing ini memiliki 32.869 karyawan, atau turun ketimbang 33.793 karyawan pada Maret lalu.

Laporan perusahaan menunjukkan pendapatan bisnisnya turun 20 persen dalam setahun (year-on-year/yoy) menjadi 70,2 miliar yuan, dan labanya terpangkas 83,5 persen menjadi 1,4 miliar yuan.

“Pada kuartal ini, industri kami menghadapi banyak tantangan, termasuk meningkatnya inflasi global, fluktuasi valuta asing, dan lingkungan politik yang kompleks,” kata Presiden Xiaomi, Wang Xiang, dalam paparan kinerja. Menurutnya, sejumlah tantangan itu secara signifikan memengaruhi permintaan pasar serta kinerja keuangan.

Bisnis ponsel pintar

Kantor Xiaomi, Beijing, Tiongkok. (ShutterStock/Askarim)

Pendapatan Xiaomi dari ponsel pintar turun 28,5 persen menjadi 42,3 miliar yuan karena penjualan smartphone turun 26,2 persen pada periode sama.

Perusahaan ini menyalahkan perkara hambatan ekonomi makro secara global serta kebijakan karantina wilayah di Cina untuk perburukan performanya. “Di pasar Cina, ada kebangkitan pandemi sehingga permintaan sulit dan lemah,” ujar Wang Xiang seperti dikutip dari Reuters.

Berdasarkan data dari Canalys, Xiaomi sanggup menciptakan pangsa pasar pengiriman ponsel secara global hingga 14 persen pada kuartal kedua tahun ini. Capaian itu menempatkannya di posisi ketiga setelah Apple (17 persen) dan Samsung (21 persen).

Sementara itu, riset dari Guosheng Securities menyebut sejumlah sentimen negatif yang bakal menyebabkan pendapatan perusahaan internet di Cina melambat, seperti permintaan terhadap ponsel pintar yang lesu, belanja iklan yang lebih rendah, serta kenaikan kasus Covid-19.

Sebelumnya, Tencent Holdings dikabarkan memangkas lebih dari 5.000 pekerja, atau sekitar 5 persen dari total tenaga kerjannya. Raksasa video game dan media sosial tersebut melaporkan penurunan pendapatan secara kuartalan untuk pertama kalinya.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Paylater Layaknya Pedang Bermata Dua, Kenali Risiko dan Manfaatnya
Bidik Pasar ASEAN, Microsoft Investasi US$2,2 Miliar di Malaysia
LPS Bayarkan Klaim Rp237 Miliar ke Nasabah BPR Kolaps dalam 4 Bulan
BI Optimistis Rupiah Menguat ke Rp15.800 per US$, Ini Faktor-faktornya
Saham Anjlok, Problem Starbucks Tak Hanya Aksi Boikot
Rambah Bisnis Es Krim, TGUK Gandeng Aice Siapkan Investasi Rp700 M