Diem Mau Dijual, Facebook Tampaknya Gagal Rilis Uang Kripto

Proyek ambisius Diem telah dikembangkan lebih dari 2 tahun.

Diem Mau Dijual, Facebook Tampaknya Gagal Rilis Uang Kripto
Konsep blockchain koin Libra / Proyek baru libra, cryptocurrency yang diluncurkan oleh Facebook, berupaya mengarusutamakan mata uang digital melalui aplikasi. Shutterstock/Poring Studio
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Facebook, bagian dari Meta Platforms Inc., tampaknya akan gagal merilis mata uang kripto Diem—yang sebelumnya diperkenalkan sebagai Libra. Pasalnya, proyek ambisius dari Marck Zuckerberg tersebut tak kunjung beroleh izin dari regulator di Amerika Serikat (AS).

Mengutip Bloomberg, Kamis (27/1), Asosiasi Diem, inisiatif token digital yang dibentuk oleh Facebook, dikabarkan sedang mempertimbangkan untuk menjual asetnya. Hal tersebut sebagai cara untuk mengembalikan modal kepada investor.

Menurut sumber anonim Bloomberg, Diem sedang berdiskusi dengan bankir investasi tentang cara terbaik untuk menjual kekayaan intelektualnya dan menemukan rumah baru bagi para insinyur yang mengembangkan teknologi, serta menguangkan nilai apa pun yang tersisa dalam usaha koin tersebut.

Asosiasi Diem menolak berkomentar terhadap laporan Bloomberg tersebut. Sedangkan, Meta tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Kepada The Verge, juru bicara Diem Association, Michael Crittenden, mengatakan bahwa cerita Bloomberg mengandung “beberapa kesalahan faktual”. Namun, Michael menolak berkomentar lebih lanjut.

Jika Diem memang menjual asetnya, itu mungkin merupakan indikasi bahwa kripto tersebut belum menemukan jalannya ke depan.

Libra awalnya dimaksudkan untuk menjadi token digital yang didukung oleh sejumlah mata uang dari seluruh dunia. Namun, regulator dengan cepat menghentikan gagasan itu. Karena itu, desain token itu dibuat secara sederhana dengan diganti ke dolar AS saja. Namun, itu rupanya belum cukup baik.

Beroleh tekanan dari regulator

Pada 2019, ketika Facebook Meta perdana merilis gagasan mata uang digitalnya yang stabil—stablecoin—yang bertujuan untuk merevolusi layanan keuangan dunia, mereka bekerja sama dengan lusinan perusahaan lain. Tetapi konsorsium itu tidak cukup untuk melindungi proyek dari pengawasan peraturan di seluruh dunia.

Setelah Zuckerberg dipanggil untuk bersaksi, beberapa mitra meninggalkan proyek dan mengubah namanya menjadi Diem. Ambisi Diem berkurang dan pendirinya, David Marcus, meninggalkan Meta tahun lalu. Asosiasi tersebut membuat kesepakatan dengan Silvergate Capital Corp, perusahaan perbankan, untuk menerbitkan Diem.

Namun, menurut sumber Bloomberg, bank sentral AS menentang rencana Diem. Setelah proses panjang antara advokat Diem dan regulator, Fed menyatakan ketidaknyamanannya kepada Silvergate, dan tidak dapat meyakinkan bank untuk mengizinkan aktivitas itu. Tanpa lampu hijau dari regulator bank, Silvergate tidak dapat menerbitkan aset digital dimaksud.

Pada November tahun lalu, berdasarkan laporan dari Kelompok Kerja Presiden di Pasar Keuangan, pengawas federal akhirnya memperjelas apa yang mereka minta. Penerbit stablecoin haruslah bank resmi jika token berfungsi sebagai sarana jual-beli barang.

Namun, regulator mencemaskan kemungkinan jaringan luas pengguna perusahaan teknologi tiba-tiba bertransaksi dalam mata uang baru: gabungan antara penerbit stablecoin dengan perusahaan besar “dapat menyebabkan konsentrasi kekuatan ekonomi yang berlebihan.”

Situs web Diem menunjukkan bahwa termasuk mitranya adalah perusahaan modal ventura seperti Andreessen Horowitz, Union Square Ventures, Ribbit Capital, dan Thrive Capital serta investor milik negara Singapura Temasek Holdings Pte. Situs sama juga mencantumkan perusahaan yang berfokus pada kripto seperti Coinbase Global Inc., dan perusahaan ride-hailing Uber Technologies Inc. dan platform perdagangan Shopify Inc.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Astra International (ASII) Bagi Dividen Rp17 Triliun, Ini Jadwalnya
Mengenal Proses Screening Interview dan Tahapannya
Cara Mengaktifkan eSIM di iPhone dan Cara Menggunakannya
Digempur Sentimen Negatif, Laba Barito Pacific Tergerus 61,9 Persen
Perusahaan AS Akan Bangun PLTN Pertama Indonesia Senilai Rp17 Triliun
SMF Akui Kenaikan BI Rate Belum Berdampak ke Bunga KPR Bersubsidi