Jakarta, FORTUNE – East Ventures dan sejumlah grup usaha besar di Indonesia menyuntikkan pendanaan US$26 juta atau lebih dari Rp399 miliar ke startup rantai pasok agrobisnis Gokomodo. Nominal pendanaan seri A perusahaan rintisan ini diklaim sebagai salah satu yang terbesar yang pernah ada di Indonesia.
Menurut siaran pers, dikutip Kamis (7/9), East Ventures tercatat sebagai pemimpin putaran pendanaan Gokomodo. Investor lain yang turut berpartisipasi adalah seperti Sinar Mas Digital Ventures (SMDV), Eight Capital, K3 Ventures, Triputra, Waresix, Indogen Capital, Sahabat Group, dan Sampoerna Financial.
“Sejalan dengan besarnya potensi agribisnis, kami percaya Gokomodo berpeluang untuk meningkatkan produktivitas dan output menuju perekonomian yang lebih baik,” kata Willson Cuaca, Co-Founder & Managing Partner East Ventures.
Didirikan pada 2019, Gokomodo diklaim sebagai startup dengan jaringan perusahaan serta cakupan lahan terbesar di sektor rantai pasok agribisnis. Mayoritas di antaranya melayani sektor perkebunan.
Lebih dari 3.000 perusahaan telah tergabung dalam ekosistem Gokomodo, seperti Sinar Mas, First Resources, dan Sampoerna Agro.
Misi Gokomodo
Co-Founder dan CEO Gokomodo, Samuel Tirtasaputra, menyatakan dukungan dari East Ventures serta sejumlah investor akan dimanfaatkan untuk mengembangkan perusahaan. Menurutnya, Gokomodo melakukan pendekatan ganda, yakni menggabungkan platform digital yang kuat dengan infrastruktur yang strategis,
Dia berkata hal itu demi memastikan perseroan dapat mendukung penetrasi di area yang minim infrastruktur digital.
Gokomodo berambisi untuk memajukan perusahaan agribisnis dan petani kecil di seluruh Indonesia, serta menyediakan akses yang sama bagi semua pemangku kepentingan melalui teknologi.
“Dengan hadir lebih dekat dengan para petani, kami berharap dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan membantu mereka membangun praktik agrikultur yang lebih berkelanjutan,” kata Samuel.
Potensi agribisnis
Agribisnis merupakan sektor pemberi kontribusi terbesar kedua terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia, menurut Samuel. Dia mengutip data lebih dari 42 juta hektare lahan agrikultur dengan total pasar input pemasukan pengadaan senilai US$30 miliar atau sekitar Rp447 miliar.
Terlepas dari ukuran dan potensinya, kata Samuel, sistem rantai pasok di Indonesia masih terfragmentasi dan belum efisien. Kondisi tersebut menyulitkan perusahaan dan petani kecil dalam mengakses produk kebutuhan agrikultur seperti pupuk dan peralatan pertanian.
Baginya, platform digital Gokomodo bertujuan untuk meningkatkan efisiensi pengadaan dan mempermudah pencarian vendor, layanan yang meningkatkan transparansi, dan kemudahan pengendalian untuk perusahaan agribisnis dan petani kecil.
Selain itu, lini bisnis e-commerce Gokomodo menghadirkan produk agribisnis dengan harga bersaing. Berkolaborasi dengan Waresix, startup tersebut menjamin pengiriman tepat waktu.
Co-Founder & CTO Gokomodo, William Pramana, menekankan bahwa perusahaan telah menjadi mitra terpercaya bagi perusahaan agribisnis dan petani. Dia menyebut Gokomodo menawarkan solusi akses terhadap komoditas agrikultur yang berkualitas.
“Tujuan kami adalah memanfaatkan teknologi untuk menjembatani kesenjangan antara perusahaan dan petani kecil,” ujar William.