Empat Dampak Krisis Bank Silicon Valley Ke Startup AS, Ini Daftarnya

Meluas terutama ke perusahaan teknologi & kripto.

Empat Dampak Krisis Bank Silicon Valley Ke Startup AS, Ini Daftarnya
ilustrasi bendera Amerika Serikat (pexels.com/Markus Winkler)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Industri perusahaan rintisan teknologi Amerika Serikat tengah dilanda persoalan genting. Silicon Valley Bank (SVB), salah satu bank terbesar di Amerika Serikat yang biasa menangani startup, tengah diguncang masalah likuiditas, Jumat (10/3).

Bahkan, Federal Deposite Insurance Corporation (FIDC) baru-baru ini telah membekukan aset bank tersebut. 

Dalam keterangannya, FIDC menyatakan para nasabah SVB akan memiliki akses ke simpanan “yang diasuransikan” pada Senin (13/3). Masalahnya, jumlah tabungan yang dijaminkan oleh regulator hanya US$250.000. Sementara, dana nasabah perusahaan rintisan SVB kemungkinan melebihi nominal tersebut.

Akibatnya, banyak startup diproyeksi bakal kesulitan mengakses simpanannya dalam beberapa minggu mendatang. 

Berikut adalah beberapa masalah utama yang timbul dari kemelut bank Silicon Valley, seperti dilansir dari Fortune.com, Minggu (12/3).

1. Pembayaran gaji karyawan tertunda

ilustrasi pekerjaan dengan gaji tertinggi (unsplash.com/Towfiqu barbhuiya)

Startup yang memanfaatkan layanan SVB saat ini tidak dapat memiliki akses terhadap dana simpanan mereka. Hal tersebut akan menyulitkannya mengelola pengeluaran bisnis sehari-hari, termasuk untuk menggaji karyawan. Meski demikian, belum jelas berapa banyak startup yang mengalami nasib apes ini.

Sementara, CEO Y Combinator ,Gary Tan, mengatakan “30 persen perusahaan rintisan yang termasuk dalam portofolionya tidak dapat melakukan penggajian dalam 30 hari ke depan."

Bahkan startup yang bukan nasabah bank itu dapat mengalami masalah penggajian pula. Pasalnya, tidak  sedikit perusahaan rintisan yang menggunakan jasa dari perusahaan Rippling untuk menangani pembayaran gaji karyawan.

CEO Rippling, Parker Conrad, baru-baru ini mengatakan gaji untuk karyawan dari perusahaan pelanggannya "macet" di SVB. Conrad mengatakan perusahaannya telah memanfaatkan saluran lain, termasuk JPMorgan Chase,

2. Tidak bisa mengakses kas dan persediaan

ilustrasi uang di rekening giro (freepik.com/jcomp)

Layanan streaming video, Roku, Jumat (10/3), membuat pengumuman yang meresahkan: 26 persen dari US$1,9 miliar milik perusahaan dalam bentuk tunai dan setara kas disimpan di SVB.

Namun, manajemen Roku mengaku sisa kas dan arus kas dari operasional akan cukup untuk mendanai pengeluaran modal dan kebutuhan modal kerja selama dua belas bulan ke depan dan seterusnya.

Perusahaan videogame, Roblox, juga mengumumkan sebagian dari uang tunainya tersimpan di SVB, meski hanya mencapai 5 persen dari $3 miliar total uang tunai perusahaan.

3. Krisis aset kripto

ilustrasi Kripto (unsplash.com/ Pierre Borthiry Peiobty)

Bisnis lain yang menyimpan banyak uangnya di SVB adalah aset kripto.

Circle pada Jumat (10/3) malam, misalnya, mengumumkan sekitar $3,3 miliar dari $40 miliar yang mendukung token stablecoin USDC miliknya terparkir di SVB.

USDC sendiri termasuk sebagai stablecoin teratas dalam pasar aset kripto bersama dengan Tether. Ia memiliki nilai dengan rasio 1:1 yang konstan terhadap dolar Amerika Serikat.  

Pada Sabtu (11/3) pagi, nilai USDC turun menjadi 92 sen.

Hampir bersamaan, Coinbase Global, salah satu bursa aset kripto terbesar, menyatakan akan menghentikan sementara konversi USDC menjadi dolar AS.

4. “Musim dingin” bagi startup

Ilustrasi startup. Shutterstock/Indypendenz

Kejatuhan bank Silicon Valley bahkan dianggap sama dengan berkurangnya satu sumber modal (utama) bagi pengusaha startup. Pasalnya, bank tersebut adalah pemberi pinjaman penting bagi banyak individu dan bisnis dalam ekonomi startup, dan juga memiliki cabang usaha sendiri yang mendanai beberapa startup secara langsung.

“Untuk startup kecil, meminjam dari bank sangatlah penting. Dan, setidaknya dalam jangka pendek, mereka kehilangan sumber modal,” kata Reena Aggarwal, direktur Pusat Psaros untuk Pasar dan Kebijakan Keuangan Universitas Georgetown, dikutip Fortune.com.

SVB, yang memiliki kapitalisasi pasar U$6,3 miliar pada penutupan pasar terakhir, dikenal acap kali menjadi sponsor konferensi, makan malam, siniar, dan aspek kehidupan sehari-hari lainnya yang mempromosikan kewirausahaan.

Dengan keruntuhan SVB, ekosistem startup dapat kehilangan pemodal utamanya.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Paylater Layaknya Pedang Bermata Dua, Kenali Risiko dan Manfaatnya
Bidik Pasar ASEAN, Microsoft Investasi US$2,2 Miliar di Malaysia
LPS Bayarkan Klaim Rp237 Miliar ke Nasabah BPR Kolaps dalam 4 Bulan
Bukan Cuma Untuk Umrah, Arab Saudi Targetkan 2,2 Juta Wisatawan RI
BI Optimistis Rupiah Menguat ke Rp15.800 per US$, Ini Faktor-faktornya
Rambah Bisnis Es Krim, TGUK Gandeng Aice Siapkan Investasi Rp700 M