Imbas Gejolak Ekonomi, Kinerja Bisnis Apple 2022 Anjlok

Penjualan Mac, iPad, dan Apple melorot.

Imbas Gejolak Ekonomi, Kinerja Bisnis Apple 2022 Anjlok
Tim Cook, Chief Executive Officer Apple Inc., berbicara selama acara peluncuran iPad 6 di Lane Technical College Prep High School di Chicago, Illinois, AS, 27 Maret 2018. Shutterstock/John Gress Media Inc
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Kelesuan ekonomi turun berpengaruh pada kinerja bisnis Apple. Meski perusahaan pembuat iPhone itu tidak tertular isu pemutusan hubungan kerja (PHK), Apple tetap saja mengalami penurunan bisnis seperti halnya banyak perusahaan teknologi lain.

Apple sejauh ini dipuji karena mengambil langkah perekrutan yang hati-hati sehingga berhasil menghindari keputusan pemangkasan karyawan secara massal, seperti yang dilakukan pesaingnya Alphabet, induk dari Google, serta Amazon, demikian lansiran Tech Crunch, Jumat (3/2), .

Laporan pendapatan terbarunya menunjukkan penurunan pendapatan kuartalan untuk pertama kalinya sejak 2016. Untuk kuartal yang berakhir pada Desember 2022, pendapatannya turun 5 persen secara tahunan (yoy) menjadi US$117,2 miliar, dan di bawah perkiraan analis yang mencapai US$121,1 miliar. Laba bersihnya hanya US$30 miliar, atau lebih rendah 13,4 persen dari periode sama tahun sebelumnya.

Namun, CEO Apple, Tim Cook, dalam keterangan pers, tampak berusaha untuk menyampaikan optimismenya.

“Saat kita semua terus menavigasi lingkungan yang menantang, kami bangga memiliki jajaran produk dan layanan terbaik kami, dan seperti biasa, kami tetap fokus pada jangka panjang dan memimpin dengan nilai-nilai kami dalam segala hal yang kami lakukan,” ujarnya.

Menurut rilis pers itu, pendapatan dari Mac dan iPad masing-masing turun hampir 30 persen dari tahun sebelumnya. Sedangkan, pendapatan iPhone melorot 8 persen.

Tiga masalah

Toko Apple di Shanghai, Tiongkok dipadati orang-orang yang mengantre untuk membeli gadget terbaru perusahaan tersebut. Shutterstock/TonyV3112

Dalam wawancara dengan CNBC, Tim Cook menyebut tiga masalah yang berdampak terhadap kinerja bisnis perusahaan: produksi iPhone di Cina, iklim ekonomi yang menantang, serta penguatan dolar Amerika Serikat (AS).

Pusat perakitan Apple di Cina—yang dijalankan oleh mitranya Foxconn—terdampak Covid-19, yang jelas memberikan gangguan signifikan terhadap rantai pasokan. Pengiriman iPhone selama periode penting seperti musim liburan pun menjadi tertunda.

Tim Cook bahkan memperkirakan pendapatan perusahaan dalam tiga bulan pertama tahun ini juga akan turun ketimbang tahun sebelumnya, meskipun penjualan iPhone akan melonjak. Itu berarti penjualan produk Apple lain akan terpukul oleh penurunan permintaan.

“Secara total, kami berharap kinerja pendapatan kuartal Maret kami dari tahun ke tahun serupa dengan kuartal Desember,” kata Cook, dilansir Financial Times.

Ihwal dolar AS, Apple sebenarnya telah mewanti-wanti bahwa penguatan nilai mata uang tersebut dapat memangkas pendapatan hingga 10 poin persentase, atau setara dengan US$12 miliar. Sementara, dampak sebenarnya adalah sekitar 8 poin persentase.

“Delapan persen adalah pendapatan yang banyak yang kami hilangkan karena kekuatan dolar, tetapi itu lebih baik daripada tiga bulan lalu karena dolar sedikit melemah,” kata Kepala Keuangan Apple, Luca Maestri, beberapa bulan lalu.

Tidak ada PHK massal

Apple. (ShutterStock/emka74)

Terlepas dari pendapatan yang turun serta prospeknya yang lesu, Apple tidak mengumumkan PHK atau program pemotongan biaya, tidak seperti perusahaan teknologi besar yang harus memangkas jumlah karyawannya.

Tim Cook mengakui Apple telah mengubah rencana pengeluaran dan perekrutannya karena kondisi ekonomi. Dia menyatakan perusahaan, misalnya, mengelola biaya dengan sangat ketat, dan membatasi perekrutan pada area tertentu sambil terus merekrut di area lain.

Apple jauh lebih terkendali dalam perekrutannya dalam tiga tahun terakhir ketimbang perusahaan teknologi lain. Rata-rata pesaing Apple meningkatkan jumlah karyawannya pada kisaran 57–100 persen pada September 2019 hingga September 2022. Jumlah karyawan Apple pada periode sama hanya tumbuh 20 persen.

Perusahaan itu pun menerapkan pendekatan yang lebih teratur ketika berinvestasi pada proyek dengan masa depan kurang pasti. Misalnya, Apple banyak menanamkan modal pada teknologi seperti Augmented Reality (AR) dan Virtual Reality (VR). Namun, mereka tidak tergesa-gesa seperti Meta dan Facebook.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Paylater Layaknya Pedang Bermata Dua, Kenali Risiko dan Manfaatnya
Bidik Pasar ASEAN, Microsoft Investasi US$2,2 Miliar di Malaysia
LPS Bayarkan Klaim Rp237 Miliar ke Nasabah BPR Kolaps dalam 4 Bulan
Bukan Cuma Untuk Umrah, Arab Saudi Targetkan 2,2 Juta Wisatawan RI
BI Optimistis Rupiah Menguat ke Rp15.800 per US$, Ini Faktor-faktornya
Rambah Bisnis Es Krim, TGUK Gandeng Aice Siapkan Investasi Rp700 M