Industri Film Bollywood Anjlok, NFT Jadi Juru Selamat

Tren NFT populer di tengah wacana larangan dari pemerintah.

Industri Film Bollywood Anjlok, NFT Jadi Juru Selamat
Ilustrasi Bollywood. Shutterstock/https://www.shutterstock.com/id/image-photo/bollywood-actress-wearing-indian-outfit-gold-650558533
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Industri film India atau Bollywood tengah mengalami kondisi sulit. Menurut data dari konsultan EY, pendapatan dari bioskop anjlok 80 persen menjadi hanya US$378 juta atau setara Rp5,39 triliun pada 2020. Padahal, pada periode sebelum pandemi COVID-19, pendapatan tahunan industri film India sanggup mencapai US$2 miliar.

Pembatasan sosial yang diterapkan kepada aktivitas bioskop ditengarai menjadi penyebabnya. Bioskop sesungguhnya mulai dibuka pada Oktober 2021 usai tutup selama delapan bulan. Namun, akibat gejolak penyebaran varian COVID-19 Omicron saat ini, Bollywood harus kembali terdampak pembatasan.

Meski begitu, Bollywood menemukan secercah harapan lewat token yang tidak dapat dipertukarkan (non-fungible token/NFT). Aset tersebut sanggup menjadi sumber pendapatan baru bagi para seniman Bollywood.

Ramai-ramai rilis NFT

Melansir Fortune.com, Selasa (18/1), Raj Kapoor, pendiri Aliansi Blockchain India, menyebut para pemain industri sejak November tahun lalu telah mengumpulkan sekitar US$4 juta (Rp57 miliar) dengan menjual NFT. “Meskipun NFT baru di Bollywood, selebriti melihat ini sebagai platform lain di mana mereka dapat menggunakan konten yang ada dan menghasilkan pendapatan,” ujarnya.

Aktor film kawakan Bollywood, Amitabh Bachchan, mungkin bisa menjadi contoh. Dia meluncurkan sejumlah NFT seperti rekaman saat membacakan Madhushala (sebuah buku puisi yang ditulis ayahnya), poster-poster antik dari film laris tahun 1975 Sholay, dan seni digital yang menggabungkan karakter yang dia gambarkan dalam film Don dan Deewar. Sejumlah koleksinya itu telah ditawar US$1 juta (Rp14,25 miliar).

Sementara itu, perancang kostum Bollywood, Manish Malhotra, menjual lima NFT sketsa digital dari sejumlah kreasinya yang paling terkenal dengan harga US$4.000 per potong di WazirX, pasar perdagangan kripto di India.

Platform NFT India, Social Swag, menambahkan bahwa lelang koleksi terbaru mereka—berupa poster bertanda tangan, klip video, dan versi digital karakter yang digambarkan dalam film 83 (tentang kemenangan Piala Dunia Kriket India 1983)—dijual seharga US$13.500 (Rp192,38 juta) satu jam usai peluncurannya.

Bagaimana NFT bekerja di India

Lalu, bagaimana cara NFT bisa menyokong Bollywood? Sebagai konteks, sebelum pandemi COVID-19, bintang Bollywood secara rutin menggelar acara promosi untuk film mereka, upacara penghargaan mewah, maupun pertunjukkan mandiri. Berbagai gelaran itu merupakan sumber pendapatan dan menghubungkan mereka dengan penonton. Namun, saat ini acara tersebut dilarang karena COVID-19.

Meski demikian, menurut Arun Pandey, salah satu pendiri Beyondlife.club, platform NFT yang digerakkan selebritas tuan rumah lelang Bachchan, NFT menebus sebagian pendapatan yang hilang, dan memberi aktor cara baru untuk menjangkau penggemar. Aset digital itu juga berfungsi sebagai cara bagi produsen independen untuk mengumpulkan uang tanpa dukungan dari rumah produksi besar.

“Jika film dirilis atau siap dirilis, pembuat film dapat menggunakan poster film, pengambilan gambar diam, atau materi apa pun yang ada, atau bahkan trailer sebagai NFT dan menghasilkan pendapatan,” kata Vishakha Singh, salah satu pendiri WazirX. “Idenya adalah untuk memecah film menjadi berbagai aset yang dapat dijual sebagai bentuk crowdfunding.”

Sikap pemerintah India terhadap kripto dan NFT

Namun, tren NFT populer saat pemerintah India sedang mempertimbangkan untuk melarang sejumlah kripto yang digunakan untuk membayar NFT. Parlemen India dijadwalkan untuk membahas rancangan undang-undang (RUU) terkait kripto pada Februari. RUU itu diharapkan membatasi beberapa perdagangan kripto untuk mengurangi risiko dan melindungi investor.

Meski demikian, pelaku industri film berharap peraturan kripto tersebut dapat menyelematkan pasar NFT tersebab memiliki begitu banyak potensi. Sebagai gambaran, berdasarkan data dari DappRadar, perdagangan global NFT pada 2021 mencapai US$22 miliar (Rp313,5 triliun), ketimbang US$100 juta pada 2020.

Namun, kalaupun dilarang, menurut Kapoor dari Aliansi Blockchain India, investor dapat beralih ke platform kripto internasional di luar negeri untuk memperdagangkan NFT.

“Kekayaan konten yang kami miliki adalah harta karun yang sesungguhnya, dan NFT sedang menunggu untuk dicetak,” kata Kapoor. “Kami tidak kekurangan penggemar, tidak hanya di India, tetapi dari seluruh belahan dunia.”

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Cara Daftar OpenSea dengan Mudah, Lakukan 6 Langkah Ini
11 Bahasa Tertua di Dunia, Ada yang Masih Digunakan
GoTo Lepas GoTo Logistics, Bagaimana Nasib GoSend?
BTPN Syariah Bukukan Laba Rp264 miliar di Kuartal I-2024
Astra International (ASII) Bagi Dividen Rp17 Triliun, Ini Jadwalnya
Microsoft Umumkan Investasi Rp27 Triliun di Indonesia