LUNA & UST Bergolak, Apakah Stablecoin Masih Aman Jadi Aset Investasi?

Investor perlu memperhatikan soal mekanisme stablecoin.

LUNA & UST Bergolak, Apakah Stablecoin Masih Aman Jadi Aset Investasi?
Teknologi ekosistem blockchain Terra dan tumpukan cryptocurrency Luna. Shutterstock/David Sandron
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNEStablecoin TerraUSD (UST) dan token Terra (LUNA) tengah mengalami gejolak dalam sepekan terakhir. Tokocrypto, platform penjualan aset kripto, turut memberikan tanggapan terkait krisis dua aset kripto tersebut.

Menurut trader Tokocrypto, Afid Sugiono, koreksi harga UST dan Luna jelas berkaitan satu sama lain. LUNA terdampak oleh faktor peg atau penurunan nilai dari stablecoin jaringan asli Terra, UST.

Mengutip data dari coinmarketcap, harga token LUNA, Minggu (16/5), hanya mencapai Rp2,87. Padahal, sepekan sebelumnya, nilai aset digital ini mencapai lebih dari Rp465 ribu. Bahkan, sepanjang bulan lalu, harga LUNA rata-rata di posisi lebih dari Rp1 juta. Demikian pula UST. Nilai aset kripto ini kemarin hanya Rp1800-an dari Rp14 ribu-an pada bulan sebelumnya.

“Harga kedua aset kripto tersebut tak stabil. Bahkan LUNA turun sampai 99 persen hanya dalam hitungan hari. Padahal ia sempat jadi primadona investor dan mencapai harga tertinggi sepanjang masa,” kata Afid dalam rilis resmi, dikutip Senin (17/5).

UST merupakan stablecoin atau aset yang dirancang untuk memiliki harga stabil dan tak bergejolak. Ia seharusnya berada dalam standar rasio 1:1 dengan patokan dolar Amerika Serikat (AS). Dengan kata lain, setiap 1 UST memiliki nilai yang sama dengan US$1.

Prediksi penyebab harga LUNA turun

Ilustrasi LUNA. Shutterstock/Muhammed AKAN

UST termasuk dalam jenis stablecoin algoritmik, kata Afid. Menurutnya, mekanisme stablecoin tersebut memiliki kelemahan sebagai penopang sebagian besar nilai UST. Situasi ini ditengarai menjadi penyebab harga LUNA terimbas penurunan UST.

LUNA memiliki hubungan mutual dengan UST. Setiap ada UST yang diterbitkan, ada suplai LUNA yang dibakar (burn). Demikian pula sebaliknya.

Seharusnya secara algoritma, ketika harga UST jatuh, ada UST yang dibakar, dan LUNA yang diterbitkan. Nilai Terra LUNA bisa turun, jika TerraUSD dianggap tidak stabil.

"Jika terlalu banyak orang yang mencoba menebus UST sekaligus, "death spiral" hipotetis dapat terjadi dengan token LUNA yang dipasangkan dengannya. Nilai LUNA akan mulai runtuh karena lebih banyak token dicetak untuk memenuhi permintaan pengguna," ujarnya.

CEO Terralabs sekaligus pengembang UST, Do Kwon, sempat mengakui model stablecoin tersebut hadir dengan beberapa pengorbanan.

Koin memang sangat terdesentralisasi, namun ia menghadapi masalah harga, terutama jika sistemnya berada di bawah tekanan, katanya.

Stablecoin sebagai aset investasi

Ilustrasi Stablecoin. Shutterstock/Muhammed AKAN

UST dan LUNA membuat investor khawatir dan ragu atas kondisi pasar stablecoin. Padahal, stablecoin sebelumnya dianggap aman sebagai aset investasi, akan tetapi kini terlalu bergejolak.

Pun begitu, tak semua stablecoin menggunakan mekanisme algoritmik. Binance IDR (BIDR) bisa jadi misal. Aset tersebut merupakan stablecoin berbasis rupiah yang dapat diperdagangkan dengan aset kripto lainnya.

BIDR menggunakan Binance Chain (BEP-2) yang dipatok ke dalam Rupiah (IDR). BIDR akan tersedia untuk pembelian langsung dan penukaran dengan harga 1 BIDR setara dengan 1 rupiah. Aset sama didukung dengan rasio 1:1 oleh rupiah di rekening bank terpisah di Indonesia untuk menjaga kestabilannya.

Karenanya, peristiwa yang terjadi dengan UST dianggap sulit menimpa BIDR, kata Afid. BIDR mempunyai mekanisme setiap koin mewakili satu rupiah yang disimpan di bank. Ini memungkinkan pencetakan dan burning BIDR berdasarkan jumlah rupiah yang disimpan.

Dikutip dari coinmarketcap, berikut sejumlah aset kripto yang tergolong stablecoin, Tether (USDT), USD Coin (USDC), Binance USD (BUSD), DAI, True USD (TUSD), dan lain-lain.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Cara Daftar BRImo Secara Online Tanpa ke Bank, Ini Panduannya
Jumlah Negara di Dunia Berdasarkan Keanggotaan PBB
Erick Thohir Buka Kemungkinan Bawa Kasus Indofarma ke Jalur Hukum
Saat Harga Turun, Edwin Soeryadjaya Borong Saham SRTG Lagi
Lampaui Ekspektasi, Pendapatan Coinbase Naik Hingga US$1,6 Miliar
Mengenal Apa Itu UMA pada Saham dan Cara Menghadapinya