Mengenal Runway Startup dan Mengapa Sering Disebut Sebagai Alasan PHK

Runway merujuk proyeksi perusahaan dapat bertahan.

Mengenal Runway Startup dan Mengapa Sering Disebut Sebagai Alasan PHK
Ilustrasi Startup/ Shutterstock wowomnom
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Industri teknologi Indonesia sepanjang tahun ini tengah mengalami guncangan besar. Tidak sedikit perusahaan, di antaranya usaha rintisan atau startup, mengambil langkah pemutusan hubungan kerja (PHK) massal. Efisiensi dilakukan karena ditujukan untuk, salah satunya, memperpanjang runway perusahaan.

Di antara perusahaan yang memecat karyawannya termasuk punya skala besar seperti GoTo dan Shopee Indonesia, lalu ada pula perusahaan seperti Ajaib, Sirclo, Ruangguru, Tokocrypto, atau Binar Academy.

Mereka beralasan efisiensi perlu diambil seiring karena perekonomian global tengah, dan masih akan, dirundung ketidakpastian.

Kepada Fortune Indonesia, Sekretaris Jenderal Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (Amvesindo), Eddi Danusaputro, berpendapat wajar jika perusahaaan melakukan efisiensi untuk mempertahankan keberlanjutan bisnis.

“Istilah di kami efisiensi ini untuk memperpanjang runway. Yang tadinya uang cukup untuk 8 bulan, ya harus dipanjangin jadi cukup untuk 12 bulan,” ujarnya.

Pengertian runway

Ilustrasi Startup/ Shutterstock wowomnom

Ibarat sebuah pesawat terbang yang tengah dalam proses lepas landas, runway yang terlalu pendek takkan bisa mendukung pesawat itu untuk terbang, dan bahkan berpotensi untuk membuatnya berhenti. Namun, jika runway itu terlalu panjang, maka pesawat justru hanya akan menghabiskan bahan bakarnya.

Analogi tersebut bisa menjelaskan runway startup, demikian Forbes. Dalam konteks perusahaan rintisan, runway startup adalah lama perusahaan dapat beroperasi sebelum kehabisan uang.

Lama periode itu merupakan salah satu perhitungan terpenting yang mesti dibuat oleh pendiri startup. Sebab, jika perhitungan itu benar, maka perusahaan rintisan itu akan beroleh peluang yang lebih besar untuk sukses.

Menurut laman Duitku, runway mengacu pada berapa lama perusahaan dapat bertahan di pasar jika pendapatan dan pengeluaran tetap konstan. Jika sebuah startup tidak memiliki runway yang cukup, mereka berisiko keluar dari bisnis atau bangkrut sebelum mendapatkan pasar yang ingin mereka layani.

Sebagai contoh, sebuah bisnis tanpa pendapatan menghabiskan (atau membakar) sekitar Rp150 juta setiap bulan. Lalu, dengan asumsi mereka memiliki kas Rp1,5 miliar di bank, perusahaan itu memiliki runway 10 bulan. Nah, selama 10 bulan, startup tidak hanya perlu membawa produk mereka ke pasar, tetapi juga mempertahankan cadangan kas yang lebih tinggi dari yang mereka pakai.

Sederhananya, runway adalah panjangnya umur sebuah startup jika pendapatan dan pengeluaran mereka tetap stabil.

Runway startup yang ideal

Ilustrasi startup. Shutterstock/Indypendenz

Para ahli umumnya merekomendasikan bahwa perusahaan rintisan harus memiliki cash runway selama 12-18 bulan.

Namun, menurut Forbes, idealnya startup memiliki runway mencapai 18 bulan. Sebab, itu akan memungkinkan perusahaan rintisan untuk mencapai target bisnis dalam 12 sampai 15 bulan. Lalu, dalam 3 sampai 6 bulan startup tersebut juga memiliki waktu untuk mencari dana tambahan kepada investor.

Lantas, apa yang akan terjadi jika runway startup ini tidak cukup panjang? Menurut Paul Graham dan Peter Sandberg, pemodal ventura dan investor profesional, jika runway startup hanya mencapai (atau tersisa) tiga bulan, maka perusahaan itu disinyalir masuk kondisi genting. Dalam hal ini, investor bahkan diperkirakan takkan berinvestasi di perusahaan tersebut.

Adapun CBInsights menyatakan, kehabisan runway adalah alasan kedua yang paling mungkin bagi startup untuk gagal. Maka, lazim sudah jika startup berambisi mengumpulkan dana. Pasalnya, itu merupakan strategi untuk meningkatkan runway sampai bisnis mereka menghasilkan pendapatan (maupun laba).

Berikut adalah sejumlah tips untuk memperpanjang runway startup, sebagaimana dilansir dari Forbes.

  • Memeriksa pengeluaran. Startup mesti mempertimbangkan dengan cermat dalam membelanjakan uangnya untuk kepentingan bisnis pada masa mendatang.
  • Membuat perencanaan bisnis. Perusahaan rintisan dapat membuat perencananan bisnis berbasis model prediktif untuk mendapatkan keuntungan di masa depan.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Mengenal Proses Screening Interview dan Tahapannya
Cara Mengaktifkan eSIM di iPhone dan Cara Menggunakannya
Bidik Pasar ASEAN, Microsoft Investasi US$2,2 Miliar di Malaysia
Perusahaan AS Akan Bangun PLTN Pertama Indonesia Senilai Rp17 Triliun
SMF Akui Kenaikan BI Rate Belum Berdampak ke Bunga KPR Bersubsidi
Digempur Sentimen Negatif, Laba Barito Pacific Tergerus 61,9 Persen