Menurut Survei, Ini Empat Alasan Orang Beli Aset Digital NFT

Hanya 41,7% orang yang untung dari investasi NFT.

Menurut Survei, Ini Empat Alasan Orang Beli Aset Digital NFT
Ilustrasi koleksi NFT olahraga. Shutterstock/Maurice NORBERT
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Survei terbaru dari DEXterlab menunjukkan sejumlah alasan mengapa orang melakukan pembelian aset yang tidak dapat dipertukarkan (non-fungible token/NFT), mulai dari soal investasi sampai partisipasi dalam komunitas. NFT bahkan dianggap sebagai komoditas yang sanggup diperjualbelikan berkat teknologi di belakangnya.

NFT merupakan aset atau token digital berbentuk kode yang disimpan di blockchain dalam bentuk kontrak pintar. NFT adalah token yang merepresentasikan kepemilikan unik. Segala item yang unik—dan tak bisa dipertukarkan—dapat ditandai di dunia NFT, dari karya seni, barang koleksi, hingga properti. Benda-benda itu unik karena tidak dapat digantikan dengan apa pun. Para pemiliknya disebut kolektor NFT.

Tak sedikit orang yang bertanya mengapa sebagian individu menghabiskan banyak uang untuk menebus NFT dalam bentuk JPG, GIF, atau video, menurut DEXterlab. Bahkan, ada anggapan aset digital tersebut tak perlu dibeli karena bisa langsung diakses, diunduh, atau dilakukan tangkapan layar.

Namun, NFT tidak bekerja dengan cara seperti itu. Aset digital ini memiliki satu konsep penting: kepemilikan digital. Secara sederhana, seseorang mungkin dapat melihat dan mengagumi lukisan Mona Lisa, tetapi tidak berarti seseorang itu adalah pemilik lukisan tersebut. Sama halnya dengan NFT, seseorang mungkin bisa melakukan tangkapan layar atau mengunduhnya, tapi individu itu bukan pemiliknya jika tidak dapat membuktikan pembelian dengan catatan di blockchain.

Menurut survei DEXterlab, 48 persen responden menyatakan berminat untuk menebus NFT dengan harga mulai US$50 atau lebih dari Rp700 ribu hingga US$500 atau sekitar Rp juta.

Berikut sejumlah alasan individu dalam menebus aset digital dimaksud, berdasarkan jajak pendapat DEXterlab terhadap 1.200 orang.

1. Investasi

Tweet pertama yang dijual sebagai token non fungible (NFT). Shutterstock/mundissima

Sebanyak 64,3 persen responden menyatakan alasan utama mereka membeli NFT adalah untuk menghasilkan uang.

Namun, saat ditanya pengalamannya usai terjun ke NFT, hanya 41,7 persen responden yang menyatakan berhasil mendapatkan imbal hasil. Sebaliknya, 58,3 persen responden mengaku rugi atau kehilangan uangnya.

NFT memiliki karakteristik unik dan bervariasi dalam kelangkaannya. Itu lantas mendorong minat dan permintaan serta tentu saja berdampak terhadap harga aset tersebut. Pada gilirannnya, karakteristik itu yang menjadikan NFT sebagai investasi yang dapat mendatangkan keuntungan

2. Keterlibatan di komunitas

NFT Bored Ape 4873 dilihat dari layar smartphone. Shutterstock/Mundissima

Bagi 14,7 persen responden, melakukan pembelian NFT ini untuk menjadi bagian dari komunitas tertentu. Partisipasi dalam komunitas inilah yang memungkinkan sejumlah benefit bagi pengoleksi NFT tersebut.

“Orang-orang adalah makhluk yang sangat sosial, jadi keinginan untuk menjadi bagian dari komunitas dan memamerkan status sosial, pertemanan, dan kesuksesan tidak terlalu mengejutkan,” begitu laporan DEXterlab, seperti dikutip, Selasa (14/6).

Menurutnya, komunitas yang kuat adalah salah satu keuntungan paling signifikan dari proyek NFT. Orang-orang di komunitas yang aktif, ramah, dan berpartisipasi dengan baik dapat menjadi dasar keberhasilan suatu proyek NFT. Itu pada gilirannya akan menciptakan ketertarikan bagi banyak orang baru, serta menghasilkan sesuatu yang bernilai secara jangka panjang.

Selain itu, anggota komunitas yang memegang NFT tertentu sering kali memiliki akses ke berbagai fasilitas, seperti tambahan koleksi NFT secara gratis atau menghadiri acara eksklusif.

3. Koleksi karya seni digital

Ilustrasi NFT Shutterstock/Troggt

Menurut DEXterlab, 12,4 persen responden menyebutkan alasan pembelian NFT untuk mengoleksi karya seni digital. Kegiatan tersebut sebenarnya tak jauh berbeda dengan mengumpulkan karya seni fisik. Namun, satu-satunya perbedaan mendasar adalah karya seni digital memungkinkan untuk dikoleksi berkat teknologi blockchain.

Di samping itu, memiliki seni digital membuka lebih banyak peluang untuk mendukung kreator seni, dengan bisa terlibat lebih banyak dengan mereka dan orang-orang yang berpikiran sama di ruang diskusi di platform, seperti Discord ataupun Twitter Space. Itu sekaligus akan memperkuat industri seni itu sendiri.

4. Akses ke gim

Ilustrasi Lokapasar NFT. Shutterstock/Rokas Tenys

Salah satu manfaat utama NFT adalah nilai yang menyertainya, seringkali dalam bentuk hak keanggotaan yang memberi seseorang akses ke proyek pembuat konten dan keuntungan yang menyertainya, baik itu gim, tools, atau apa pun. Menurut survei DEXterlab, 8,6 persen orang membeli NFT karena alasan khusus ini.

Sebagai misal, keanggotaan berbasis NFT mengharuskan pengguna untuk memiliki NFT tertentu. Dengan begitu, mereka bisa mendapatkan yang terbaik dari beberapa alat dan fungsi akses yang hanya tersedia untuk pemilik NFT tersebut.

Itu bisa apa saja, mulai dari akses ke server komunitas, percetakan awal, DAO, hingga membeli properti di dunia imersif metaverse.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Cara Daftar OpenSea dengan Mudah, Lakukan 6 Langkah Ini
11 Bahasa Tertua di Dunia, Ada yang Masih Digunakan
GoTo Lepas GoTo Logistics, Bagaimana Nasib GoSend?
BTPN Syariah Bukukan Laba Rp264 miliar di Kuartal I-2024
Astra International (ASII) Bagi Dividen Rp17 Triliun, Ini Jadwalnya
Microsoft Umumkan Investasi Rp27 Triliun di Indonesia