Pasar Kurang Bertenaga, Startup Kripto Masih Jadi Pilihan Pemodal

Teknologi blockchain memiliki prospek jangka panjang.

Pasar Kurang Bertenaga, Startup Kripto Masih Jadi Pilihan Pemodal
Ilustrasi startup. Shutterstock/Indypendenz
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Industri blokchain dan turunannya, termasuk aset kripto, masih menjadi pilihan bagi perusahaan modal ventura (venture capital/VC) meski di tengah kondisi pasar yang lesu. Menurut data dari Dove Metrics, terdapat 160 investasi publik oleh VC kripto dengan total pendanaan mencapai US$1,91 miliar pada Juli lalu.

Sementara itu, JP Morgan mencatat investasi modal ventura di perusahaan rintisan blockchain sepanjang tahun ini telah mencapai US$1,83 miliar. Angka tersebut bahkan tiga kali lipat ketimbang total pendanaan pada 2030.

Ketua Umum Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia (Aspakrindo), Teguh Kurniawan Harmanda, berpendapat pendanaan tersebut terjadi di tengah kondisi pasar yang kurang bertenaga. Dia mengutip data yang menunjukkan harga Bitcoin, misalnya, turun 70 persen dari level tertingginya pada akhir tahun lalu.

“Ketika VC menarik kembali investasi di sektor lain, aktivitasnya di startup kripto dan blockchain tetap sibuk seperti biasanya,” kata Harmanda dalam keterangan resmi kepada media, dikutip Senin (8/8).

Menurutnya, ini merupakan waktu tepat bagi VC untuk menentukan startup atau proyek yang kredibel dan memiliki fundamental kuat.

"Crypto winter tidak menumpulkan selera investasi perusahaan modal ventura. Saya melihat pendanaan masih tersedia dan bisa digunakan untuk investasi di startup kripto atau blockchain lainnya,” ujarnya.  

Pendaan tetap dilakukan secara selektif

Ilustrasi mata uang kripto. (Pixabay/amhnasim)

Namun demikian, sejumlah venture capital disinyalir lebih selektif untuk menetapkan perusahaan rintisan ataupun proyek yang akan mereka danai. Pemodal ventura diperkirakan akan semakin fokus untuk melakukan uji tuntas (due diligence) dalam membuat keputusan pendanaan, kata Harmanda.

Sebelumnya, VC hanya melihat perkembangan dari lonjakan nilai aset kripto dalam ekosistem perusahaan rintisan terkait. Namun, saat ini pemodal ventura tidak menerapkan metode seperti itu lagi.

"VC harus lebih berhati-hati dalam melakukan pendanaan ke startup atau proyek kripto maupun blockchain. Banyak dari mereka telah melihat nilai investasi dan reputasi bisa anjlok, karena proyek yang mereka promosikan secara aktif mengalami kegagalan, seperti kasus Terra yang menghantam seluruh industri kripto," katanya.

Harmanda lantas mengeklaim di Indonesia sudah ada sejumlah perusahaan besar yang tengah menjajaki pengembangan bisnis dengan memanfaatkan blockchain, mulai dari industri hiburan, media, sampai perbankan. Sebab, teknologi tersebut memiliki keunggulan transparansi, kecepatan transfer data, tingkat keamanan tinggi, dan interoperabilitas.

"Jadi, meski market kripto secara khusus sedang lesu, teknologi backbone-nya, yaitu blockchain masih menjanjikan untuk jangka panjang," ujarnya.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Astra Otoparts Bagi Dividen Rp828 Miliar, Simak Jadwalnya
IKN Menjadi Target Inovasi yang Seksi bagi Investor Luar Negeri
Pemerintah Sudah Tarik Utang Rp104,7 Triliun Hingga 31 Maret 2024
Museum Benteng Vredeburg Lakukan Revitalisasi Senilai Rp50 Miliar
Pemerintah Realisasikan Rp220 T Untuk 4 Anggaran Prioritas di Q1 2024
ERAL Kolaborasi dengan DJI dan Fujifilm di Kampanye Motion Creativity