Minim Isu PHK Massal, Bisnis Apple Kebal dari Resesi?

Apple selektif merekrut pekerja.

Minim Isu PHK Massal, Bisnis Apple Kebal dari Resesi?
Toko Apple di Shanghai, Tiongkok dipadati orang-orang yang mengantre untuk membeli gadget terbaru perusahaan tersebut. Shutterstock/TonyV3112
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Apple tampaknya menjadi satu-satunya perusahaan teknologi terkemuka yang tidak mengambil kebijakan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal. Perusahaan pembuat iPhone itu diperkirakan telah mengambil langkah tepat untuk tidak merekrut karyawan secara besar-besaran selama Covid merebak.

Gene Munster, Managing Partner Deepwater Asset Management, perusahaan modal ventura dan investasi, mengatakan Apple menjadi satu-satunya perusahaan teknologi menonjol yang tidak meningkatkan jumlah karyawannya secara dramatis dalam tiga tahun terakhir.

Sejak 2019, pendapatan Apple naik 52 persen, dan pada saat bersamaan jumlah karyawannya hanya meningkat 19 persen.

‘Saya mengambil [Apple] sebagai studi kasus untuk apa yang menurut saya akan menjadi buku panduan bagi perusahaan teknologi lainnya,” katanya seperti dilansir Fortune.com, Selasa (24/1).

Namun, Apple sempat dikabarkan bakal merampingkan jumlah karyawan toko ritel di luar Apple Store. Beberapa karyawan non-musiman yang bekerja di gerai luring, seperti Best Buy, telah menerima surat elektronik ihwal informasi hak PHK yang berlaku 30 hari, demikian warta Apple Insider.

Sejauh ini belum ketahuan berapa banyak karyawan yang bakal terdampak PHK itu. Informasi lainnya yang muncul adalah karyawan yang tergabung dalam divisi Retail Customer Care akan mendapat pengumuman PHK pada akhir pekan ini.

Perlambat perekrutan

Tim Cook, Chief Executive Officer Apple Inc., berbicara selama acara peluncuran iPad 6 di Lane Technical College Prep High School di Chicago, Illinois, AS, 27 Maret 2018. Shutterstock/John Gress Media Inc

CEO Apple, Tim Cook, pada November tahun lalu sempat mengatakan bahwa perusahaan sengaja tidak jor-joran mengadakan perekrutan.

"Apa yang kami lakukan sebagai konsekuensi dari periode ini adalah kami sangat berhati-hati dalam perekrutan kami," katanya. "Itu berarti kami terus merekrut, tetapi tidak di semua tempat di perusahaan kami melakukannya."

Menurut Tech Crunch, terakhir kali Apple melakukan efisiensi secara besar-besaran terjadi pada 1997. Kala itu, perusahaan besutan Steve Jobs tersebut mengalami kesulitan bisnis sehingga mesti memecat 4.100 karyawannya.

PHK teknologi

ilustrasi PHK (unsplash.com/Christian Erfurt)

Sementara itu, Spotify menjadi perusahaan terhangat yang mengumumkan langkah PHK di tengah kelesuan perekonomian global. Perusahaan penyedia aplikasi streaming musik itu menyatakan PHK merupakan bagian dari restrukturisasi organisasi.

The Verge melansir, Minggu (23/1), bahwa kebijakan efisiensi termaktub dalam pernyataan CEO Spotify, Daniel Ek, melalui memo kepada karyawannya. Dalam pengumumannya, Daniel menyinggung rencana perseroan untuk memecat sekitar 6 persen pekerjanya secara global.

Perusahaan teknologi itu memiliki lebih dari 9.800 karyawan berdasarkan laporan keuangan terakhir. Itu berarti PHK akan menyasar sekitar 600 staf.

Menurut BBC, pengumuman Spotify datang pada saat perusahaan teknologi menghadapi penurunan kinerja setelah dua tahun mengalami pertumbuhan yang didorong oleh pandemi COVID-19. Di saat krisis, perusahaan teknologi justru melakukan perekrutan karyawan secara agresif.

Alphabet, perusahaan induk dari Google, telah mengatakan akan memecat sekitar 12.000 karyawan. Sedangkan, Microsoft melakukan PHK terhadap 10.000 karyawannya, dan Amazon memecat sekitar 18.000 pekerja.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Paylater Layaknya Pedang Bermata Dua, Kenali Risiko dan Manfaatnya
Bidik Pasar ASEAN, Microsoft Investasi US$2,2 Miliar di Malaysia
LPS Bayarkan Klaim Rp237 Miliar ke Nasabah BPR Kolaps dalam 4 Bulan
Bukan Cuma Untuk Umrah, Arab Saudi Targetkan 2,2 Juta Wisatawan RI
BI Optimistis Rupiah Menguat ke Rp15.800 per US$, Ini Faktor-faktornya
Rambah Bisnis Es Krim, TGUK Gandeng Aice Siapkan Investasi Rp700 M