Misi Dewan Emas Dunia: Membuat Token Digital Emas Berbasis Blockchain

Emas yang diwakili token lebih mudah untuk diperdagangkan.

Misi Dewan Emas Dunia: Membuat Token Digital Emas Berbasis Blockchain
Ilustrasi emas. Shutterstock/Pixfiction
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Dewan Emas Dunia menyampaikan ambisinya untuk membuat perdagangan emas menjadi lebih likuid, termasuk dengan memanfaatkan teknologi blockchain. Menurut organisasi global pengembangan pasar untuk industri emas ini, rencana digitalisasi tersebut diharapkan akan membuat lebih banyak investor untuk menempatkan dananya di emas.

Dikutip dari Bloomberg, Rabu (19/10), rencana Dewan Emas Dunia ini akan menyasar perdagangan Batangan emas senilai US$500 miliar yang berada di bawah jaringan London Raya.

Selama ini perdagangan salah satu pasar komoditas tertua itu bergantung pada jaringan brankas dengan keamanan tinggi yang terletak di bawah London Raya. Di sana, sekitar 50.000 batang emas, masing-masing bernilai lebih dari $650.000, berpindah tangan setiap hari di antara empat bank besar yang bertugas memproses transaksi

Sistem tersebut, yang mencakup sekitar $500 miliar emas yang disimpan di lokasi, telah berjalan, namun hanya mengalami sedikit perubahan dalam dua dekade terakhir.

Sementara, David Tait, yang mengepalai Dewan Emas Dunia, berpikir sudah waktunya terjadi perombakan terhadap perdagangan emas.

Mantan bankir investasi ini mencoba mendorong perubahan yang dapat meningkatkan permintaan emas secara signifikan. Misalnya, menggunakan teknologi blockchain untuk melacak peredaran tiap batangan emas di dunia.

Jika itu berjalan, kata dia, sangat mungkin membuat token digital yang didukung oleh emas fisik. Dengan demikian, komoditas tersebut lebih mudah untuk diperdagangkan.

Digitalisasi emas

Ilustrasi Bitcoin fisik. (Shutterstock/Kitti Suwanekkasit)

Digitalisasi akan membuat lebih banyak investor nyaman dalam mengenggam emas, menurut David Tait.

“Ada banyak industri, apalagi institusi di luar sana, yang belum pernah mendekati produk ini di masa lalu,” kata Tait yang juga mantan Direktur Pelaksana di Credit Suisse AG. 

Investor ritel selama ini berjuang untuk mengakses pasar emas secara langsung. Seperti banyak komoditas fisik, emas tunduk pada standar yang berbeda di tempat yang berbeda. Sebagai misal, london menggunakan batangan 400 ons untuk perdagangannya. Sedangkan, kontrak berjangka Comex populer yang diperdagangkan di Amerika Serikat menggunakan batangan 100 ons.

David Tait berpendapat bahwa masalah itu dapat dipecahkan dengan membuat token yang mudah ditukar dengan emas batangan fisik.

Dikutip dari Forkast News, Dewan Emas Dunia meyakini inisiatif token digital ini akan “mendisrupsi” pasar emas, meningkatkan aksesibilitas dan transparansi komoditas fisik, serta merangsang permintaan dari investor.

Terlebih lagi, dalam beberapa tahun terahir, emas dan token digital telah bersaing sebagai alternatif investasi saham, obligasi, dan mata uang fisik. Aset kripto Bitcoin, misalnya, sering disebut sebagai “emas digital” oleh pendukungnya.

Token digital emas diragukan

Ilustrasi Bitcoin. (Shutterstock/Coyz0)

Meski demikian, niat Dewan Emas Dunia ini diragukan oleh sejumlah pihak. Para pelaku pasar perdagangan emas ragu reformasi yang diusulkan itu akan berhasil. Pasalnya, upaya sebelumnya untuk membuat perubahan kecil pada pasar telah gagal.

Konsep aset yang dapat diperdagangkan yang mewakili kepemilikan emas yang disimpan di lemari besi di suatu tempat bukanlah ide baru. Dewan Emas Dunia pada 2004 sempat membantu meluncurkan dana yang diperdagangkan di bursa yang didukung emas, SPDR Gold Shares, yang saat ini memiliki aset US$50 miliar.

Namun, investor ritel umumnya tidak dapat menukar saham ETF dengan logam yang sebenarnya. Skema itu hanya untuk investor institusi besar yang membantu menjaga pasar saham. Di sisi lain, ada juga aset kripto berjenis stablecoin yang didukung emas, tetapi mereka gagal mendapatkan banyak daya tarik.

Dalam misi ini, tantangannya terletak pada bagaimana membujuk para pemain besar pasar untuk menerima proyek yang berisiko mengikis dominasi mereka. Perdagangan berjangka emas di London Metal Exchange dihentikan tahun ini. Pasalnya, JPMorgan Chase & Co. dan HSBC Holdings Plc, dua bank terbesar yang terlibat dalam pemrosesan transaksi, menolak terlibat.

Menurut Jan Nieuwenhuijs, analis dari Gainesville Coins, pemain besar banyak, “tapi saya tahu banyak orang di pasar tidak puas dengan cara perdagangannya,” katanya, seraya menambahkan perdagangan emas membutuhkan sistem dengan transparansi yang lebih besar.

Pengamat lain berpendapat bahwa inti emas adalah kehadiran fisiknya. Dengan begitu, digitalisasi pasti gagal.

“Bentuk dan lokasi memang penting,” kata Adrian Ash, Kepala Penelitian di layanan investasi emas online BullionVault. “Masalah dengan tokenisasi apa pun adalah Anda mengabstraksi aset, karena apa yang Anda miliki sekarang adalah tokennya.”

Tim token David Tait dinilai akan membutuhkan dukungan dari seluruh pasar, dari bank-bank Wall Street hingga otoritas India dan Cina yang menjalankan pasar konsumen teratas.

Sedangkan, buku besar blockchain yang melacak batangan emas dapat membantu meyakinkan pembeli tentang asal dan kemurnian logam tersebut sambil membantu memerangi pencucian uang.

Proyek digitalisasi emas ini dimulai dengan program untuk memastikan integritas batangan emas, dijalankan dengan London Bullion Market Association, yang menggunakan teknologi blockchain untuk memantau persediaan. Dia menyatakan pilot project yang melibatkan 30 peserta termasuk penambang, penyuling, dan bank baru saja selesai.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Mengenal Proses Screening Interview dan Tahapannya
Cara Mengaktifkan eSIM di iPhone dan Cara Menggunakannya
Perusahaan AS Akan Bangun PLTN Pertama Indonesia Senilai Rp17 Triliun
SMF Akui Kenaikan BI Rate Belum Berdampak ke Bunga KPR Bersubsidi
Digempur Sentimen Negatif, Laba Barito Pacific Tergerus 61,9 Persen
LPS Bayarkan Klaim Rp237 Miliar ke Nasabah BPR Kolaps dalam 4 Bulan