Nilai Bitcoin Stagnan, Bagaimana Prospek Pasar Kripto pada Maret?

Muncul sentimen pengetatan regulasi kripto.

Nilai Bitcoin Stagnan, Bagaimana Prospek Pasar Kripto pada Maret?
Tanda Bitcoin ditampilkan di luar toko tempat cryptocurrency diterima sebagai metode pembayaran di San Salvador, El Salvador, Selasa (1/2/2022). ANTARA FOTO/REUTERS/Jose Cabezas
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Tidak sedikit para pelaku pasar yang mengharapkan kinerja positif dari pasar aset kripto pada Februari. Namun, faktanya, harga Bitcoin ketika itu masuk dalam kategori sideways atau stagnan dengan kenaikan hanya 0,03 persen secara bulanan (month-to-month/mtm).

Menurut tim riset Tokocrypto, fluktuasi nilai aset berkode BTC itu sebagian besar karena sentimen makroekonomi. Terlepas dari naik turunnya, Bitcoin cenderung lebih stabil ketimbang aset lain seperti saham komoditas.

“Ini bukan prestasi yang berarti untuk kripto, dengan Bitcoin sering dikritik sebagai penyimpan nilai yang buruk karena volatilitasnya yang terkadang intens,” demikian pernyataan tim riset Tokocrypto dalam rilis pers, Jumat (3/3).

Memasuki Maret, pasar aset kripto terlihat masih labil. Bitcoin telah turun hampir 5 persen. Sementara, koin alternatif, seperti Ethereum (ETH), XRP (XRP), Cardano (ADA) dan Polygon (MATIC), dan lainnya juga mengalami penurunan tajam serupa.

Jika ditilik dalam jangka panjang, Maret memang merupakan periode yang menentu bagi pasar aset kripto. Pada Maret 2022 dan Maret 2021, harga Bitcoin mengalami kenaikan secara bulanan masing-masing mencapai 5,39 persen dan 29,84 persen.

Namun, pada Maret 2022, nilai Bitcoin turun 24,92 persen secara mtm. Pada Maret 2014–2018, aset kripto itu juga mengalami koreksi.

Proyeksi pasar

Ilustrasi mata uang kripto. (Pixabay/amhnasim)

Menurut Tokocrypto, pasar aset kripto turun disebabkan oleh sejumlah sentimen. Baru-baru ini terdapat kekhawatiran tas solvabilitas perusahaan kripto yang terjadi pada bank Silvergate. Sentimen lain datang dari data statistik pasar tenaga kerja AS yang tidak menguntungkan pasar aset berisiko.

Kemudian di luar data makroekonomi, investor kripto juga dikhawatirkan oleh tindakan dari Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat (SEC) yang ingin memperketat regulasi aset kripto di AS.

“Oleh karena itu, bisa saja market bergerak sideways atau datar imbas investor yang masih khawatir dengan masa depan kripto di AS,” katanya, seraya menambahkan secara keseluruhan belum ada tanda kuat untuk terjadinya kenaikan di pasar pada Maret ini. Bitcoin diprediksi masih sideways pada kisaran harga US$21.500–25.000.

Investor akan menanti rilis data ekonomi AS, mulai dari data Non-Fatm Payrolls pada 10 Maret, Consumer Price Index (CPI) pada 14 Maret, dan pertemuan FOMC  Fed untuk menentukan kenaikan suku bunga pada 21–22 Maret.

"Data makroekonomi yang menguat akan menggangu sikap hawkish Fed, sehingga kemungkinan besar juga berpengaruh pada pasar kripto bulan ini,” katanya.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Maret 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

17 Film Termahal di Dunia, Memiliki Nilai yang Fantastis
Ada Modus Bobol Akun Bank via WhatsApp, Begini Cara Mitigasinya
Bea Cukai Kembali Jadi Samsak Kritik Warganet, Ini Respons Sri Mulyani
Rumah Tapak Diminati, Grup Lippo (LPCK) Raup Marketing Sales Rp325 M
Bahlil: Apple Belum Tindak Lanjuti Investasi di Indonesia
Stanchart: Kemenangan Prabowo Tak Serta Merta Tingkatkan Investasi