Presiden AS Meneken Perintah Eksekutif untuk Kripto, Apa Artinya?

Perintah Eksekutif akan menjadi kejelasan bagi aset kripto.

Presiden AS Meneken Perintah Eksekutif untuk Kripto, Apa Artinya?
Presiden Amerika Serikat Joe Biden. ANTARA FOTO/REUTERS/Kevin Lamarque
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Perdagangan aset kripto mendapatkan sentimen baru signifikan usai langkah Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, meneken perintah eksekutif yang meminta pemerintah federal untuk mempelajari dampak kripto pada konsumen, investor, dan bisnis AS, Rabu (9/3).

“Perintah eksekutif ini adalah sinyal pasti bahwa kami akhirnya akan mendapatkan apa yang kami tahu akan datang,” kata Daniel Strachman, Managing Partner di A&C Advisors, seperti dikutip dari laman keuangan bankrate.com, Kamis (10/3).

Menurut Strachman, industri dan investor telah menunggu lebih dari satu tahun terkait arahan yang jelas dari pemerintah AS mengenai kripto. “Ini meletakkan dasar untuk regulasi, sesuatu yang kita semua harapkan untuk beberapa waktu sekarang,” ujarnya.

Berdasarkan Lembar Fakta Gedung Putih (White House Fact Sheet), pemerintah AS sedang menilik sejumlah masalah, seperti risiko terhadap stabilitas keuangan dari kripto, risiko keamanan nasional, penggunaan kripto untuk memfasilitasi kejahatan, dampak lingkungan dari kripto, dan efek kripto pada daya saing ekonomi.

Pemerintah AS turut mempertimbangkan masalah berkenaan dengan dolar digital, yaitu penciptaan mata uang digital bank sentral (central bank digital currency/CBDC), pengesahan undang-undang untuk mata uang digital, dan masalah teknis seputar dolar digital.

Regulasi dan strategi jangka panjang akan membantu validasi sektor kripto, paling tidak bagi para pengguna yang tidak terlibat dalam aktivitas ilegal, menurut Strachman.

“Perintah eksekutif ini dapat memulai Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) AS dan badan pengatur lainnya untuk memberlakukan peraturan untuk kelas aset yang ada,” katanya. 

Perintah eksekutif: pendekatan baru untuk sistem keuangan

Shutterstock/Wit Olszewski

Menteri Keuangan AS, Jannet Yelen, menyebut ikhtiar AS untuk membuat aset digital akan mempromosikan sistem keuangan yang lebih adil, inklusif, dan efisien. Pada saat bersamaan, upaya tersebut dapat mencegah kejahatan keuangan serta risiko terhadap stabilitas keuangan dan keamanan nasional.

Pemerintahan Biden memandang ledakan popularitas kripto sebagai peluang untuk memeriksa risiko dan manfaat aset digital, kata seorang pejabat senior administrasi AS yang dikutip secara anonim, seperti dinukil dari Asociated Press (AP).

Brian Deese dan Jake Sullivan, penasihat ekonomi dan keamanan nasional utama Biden, mengatakan perintah tersebut menetapkan strategi aset digital yang komprehensif dan pertama untuk AS.

Sejumlah pengamat lain juga menyambut baik gagasan pemerintah AS yang akan terlibat lebih banyak pada kripto. Adam Zarazinski, CEO Inca Digital, sebuah perusahaan data kripto yang bekerja untuk beberapa agen federal, mengatakan perintah sama memberi kesempatan untuk pendekatan baru pada sistem keuangan.

“AS memiliki kepentingan dalam menumbuhkan inovasi keuangan,” kata Zarazinksi. Dia menambahkan bahwa Cina dan Rusia sedang menengok pada kripto dan membangun mata uangnya sendiri.

Di tengah kabar sentimen perintah eksekutif, harga kripto terlihat menanjak. Mengutip data dari coinmarketcap, Bitcoin pada perdagangan Rabu (9/3), misalnya, menyentuh US$41.982, atau naik 8,4 persen dibandingkan sehari sebelumnya. Saat ini total kapitalisasi pasar kripto mencapai US$1,84 triliun.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Paylater Layaknya Pedang Bermata Dua, Kenali Risiko dan Manfaatnya
Bidik Pasar ASEAN, Microsoft Investasi US$2,2 Miliar di Malaysia
LPS Bayarkan Klaim Rp237 Miliar ke Nasabah BPR Kolaps dalam 4 Bulan
BI Optimistis Rupiah Menguat ke Rp15.800 per US$, Ini Faktor-faktornya
Saham Anjlok, Problem Starbucks Tak Hanya Aksi Boikot
Rambah Bisnis Es Krim, TGUK Gandeng Aice Siapkan Investasi Rp700 M