Daftar Hacker Paling Berbahaya di Dunia, Ada Bjorka?

Hacker kerap menargetkan sistem jaringan negara.

Daftar Hacker Paling Berbahaya di Dunia, Ada Bjorka?
Hacker. (ShutterStock/takasu)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Hacker anonim “Bjorka” membuat heboh jagat media sosial Indonesia. Peretas tersebut mengeklaim sukses membobol sejumlah data pribadi penting dari pelbagai institusi, mulai dari lembaga pemerintahan, sampai sektor swasta.

Melansir Antara, Selasa (13/9), Kementerian Komunikasi dan Informatika pun menyebut bakal membentuk tim khusus untuk merespons tindakan peretasan oleh Bjorka. Emergency response team ini nantinya akan terdiri dari sejumlah lembaga, seperti Kominfo sendiri, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Polri, dan BIN.

Hacking sendiri merujuk kepada tindakan yang mengidentifikasi serta mengeksploitasi kerentanan sistem dan jaringan untuk mendapatkan akses yang tidak sah ke sistem tersebut. Perlu dicatat, proses peretasan ini tidak terjadi dalam satu malam. Dibutuhkan waktu yang cukup panjang untuk menemukan celah kerentanan dalam sebuah jaringan.

Berikut daftar sejumlah hacker paling berbahaya di dunia beserta aksinya, seperti dilansir dari laman Kaspersky.

1. Kevin Mitnick

Kevin Mitnick memiliki rekam jejak tindakan peretasan yang cukup mentereng. Sosok dari Amerika Serikat ini pernah membobol Komando Pertahanan Amerika Serikat (AS). “Pencapaiannya” itu yang lantas menginspirasi film War Games (1983).

Aksi peretasannya berlanjut pada 1989 dengan menyasar jaringan Digital Equipment Corporation (DEC). Kala itu, ia berhasil membuat salinan perangkat lunak perusahaan perusahaan komputer tersebut. Tindakan itu membuat Mitnick berakhir di penjara.

Lalu, selama masa pembebasan bersyaratnya, ia sempat meretas sistem pesan suara Pacific Bell. Ia mendapatkan kendali penuh atas jaringan Pacific Bell semata-mata karena ingin membuktikan bahwa itu bisa dilakukan. Mitnick diklaim tidak pernah mengeksploitasi akses dan data hasil peretasan.

2. Anonymous

Anonymous merupakan organisasi peretas anonim. Pada 2008, kelompok ini pernah memprovokasi aliran Gereja Scientology. Grup ini menonaktifkan situs web Gereja Scientology, serta membanjiiri mesin faksnya dengan gambar serba hitam.

Seperti dilaporkan oleh The New Yorker, Biro Investigasi Federal AS (FBI) dan lembaga penegak hukum lainnya kesulitan dalam mengidentifikasi atau kelompok Anonymous. Sebab, grup ini bekerja tanpa struktur hierarkis.

3. Adrian Lamo

Pada 2001, Adrian Lamo—yang kala itu masih berusia 20—memanfaatkan alat manajemen konten milik Yahoo untuk mengubah artikel di Reuters dengan menambahkan kutipan palsu yang terkait dengan Jaksa Agung John Ashcrotf.

Lamo dilaporkan memang sering meretas sistem dan kemudian memberi tahu pers dan korbannya.

Menurut laporan Wired, Lamo berhasil meretas intranet The New York Times pada 2002. Dia menambahkan dirinya ke daftar sumber ahli, serta melakukan penelitian tentang tokoh publik terkenal.

4. Albert Gonzales

Kala usianya masih 22, Gonzalez ditangkap di New York karena penipuan kartu debit. Ia dilaporkan mencuri data dari jutaan rekening kartu. Untuk menghindari hukuman penjara, ia menjadi informan untuk Secret Service, yang akhirnya membantu mendakwa puluhan anggota Shadowcrew.

Namun, selama menjadi informan bayaran, Gonzalez melanjutkan aktivitas kriminalnya. Bersama dengan sekelompok kaki tangannya, Gonzalez mencuri lebih dari 180 juta rekening kartu pembayaran dari sejumlah perusahaan, termasuk OfficeMax, Dave and Buster's dan Boston Market.

The New York Times Magazine mencatat bahwa serangan Gonzalez pada 2005 terhadap pengecer AS TJX adalah pelanggaran data serial pertama dari informasi kredit.

5. Matthew Bevan dan Richard Pryce

Matthew Bevan dan Richard Pryce adalah tim peretas Inggris yang membobol beberapa jaringan militer pada 1996, termasuk Pangkalan Angkatan Udara Griffiss, Badan Sistem Informasi Pertahanan, dan Institut Penelitian Atom Korea (KARI).

Bevan dan Pryce telah dituduh hampir memulai perang dunia ketiga setelah mereka membuang penelitian KARI ke sistem militer Amerika.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Astra International (ASII) Bagi Dividen Rp17 Triliun, Ini Jadwalnya
Mengenal Proses Screening Interview dan Tahapannya
Cara Mengaktifkan eSIM di iPhone dan Cara Menggunakannya
Digempur Sentimen Negatif, Laba Barito Pacific Tergerus 61,9 Persen
Perusahaan AS Akan Bangun PLTN Pertama Indonesia Senilai Rp17 Triliun
SMF Akui Kenaikan BI Rate Belum Berdampak ke Bunga KPR Bersubsidi