Riset Dell: Bisnis Perlu Libatkan Karyawan dalam Transfomasi Digital

76 persen karyawan Indonesia ingin bekerja dari mana saja.

Riset Dell: Bisnis Perlu Libatkan Karyawan dalam Transfomasi Digital
ilustrasi karyawan di perusahaan (freepik.com/Tirachardz)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Upaya perusahaan Indonesia untuk melakukan transformasi digital masih terganjal pengembangan kemampuan digital karyawannya, menurut riset dari perusahaan teknologi Dell Technologies. Para pemimpin bisnis dipandang perlu menyadari peran penting pekerja dalam melakukan perubahan bisnis.

Dalam survei yang baru-baru ini dirilis, Dell Technologies menyatakan 96 persen pemimpin bisnis di Indonesia mengaku karyawan adalah aset terbesar perusahaan. Namun, 66 persen responden menyatakan perusahaannya telah menganggap remeh prasyarat sumber daya manusia (SDM) dalam menyusun program transformasi digital.

Setelah dua tahun percepatan digitalisasi, 55 persen pemimpin teknologi informasi di Indonesia menyatakan perusahaan memahami langkah untuk melakukan transformasi tenaga kerja secara digital. Namun, perubahan digital yang cepat itu ternyata tidak bisa diikuti oleh banyak karyawan.

“Hasil survei menjabarkan bagaimana transformasi cepat yang terjadi baru-baru ini membuat  perusahaan dan tenaga kerja mereka membutuhkan waktu untuk beristirahat, berpikir dan  menyempurnakan strategi sebelum memulai atau mengulang proyek,” kata Presiden Dell Technologies untuk kawasan Asia Pasifik dan Jepang, dan Global Digital Cities, Amit Midha, dalam rilis pers, Rabu (9/11).

Survei Dell Technologies melibatkan 10 .500 pembuat keputusan bisnis, pembuat keputusan TI, dan para karyawan yang terlibat dalam transformasi digital di  lebih dari 40 negara. Di Asia Pasifik dan Jepang, jajak pendapat ini melibatkan 2.900 responden di 11 lokasi, meliputi Australia, India, Indonesia, Jepang, Malaysia, Selandia Baru, Filipina, Singapura, Korea Selatan, Thailand, dan Vietnam.

Hambatan transformasi digital

Ilustrasi Budaya Kerja Hybrid atau Remote. Dok/Microsoft Indonesia

Meski berbagai upaya dan kemajuan besar telah diraih dalam beberapa tahun terakhir, survei Dell Technologies menunjukkan transformasi digital masih berpotensi untuk berhenti. Alasannya, 85 persen responden meyakini keengganan karyawan untuk berubah dapat menyebabkan kegagalan.

Lalu, 57 persen responden khawatir akan tertinggal dalam perkembangan dunia digital karena kurangnya pemimpin yang memiliki visi untuk memanfaatkan peluang. Terlebih, hal ini terjadi ketika model bisnis as-a-Service menjadi pilihan yang menguntungkan bagi banyak perusahaan,

“Untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi semua pihak, kita harus menyadari ada keterikatan erat antara kesuksesan perusahaan dan kesejahteraan karyawan. Riset kami menunjukkan bahwa transformasi digital yang berkelanjutan terjadi di persimpangan antara teknologi dan manusia,” katanya.

Dalam pandangan Midha, demi mencapai terobosan yang efektif, perusahaan perlu mempertimbangkan tiga pendekatan. Bisnis mesti menyediakan pengalaman bekerja yang konsisten dan aman, yang tidak ditentukan oleh tempat karyawan mereka bekerja. Lalu, bisnis membantu untuk mendorong produktivitas dengan  meningkatkan kemampuan karyawan menggunakan perangkat teknologi yang memungkinkannya untuk lebih fokus pada kemampuan terbaiknya. Kemudian, perusahaan bisa menginspirasi karyawan melalui budaya empati dan kepemimpinan yang otentik.

Peluang transformasi digital

Piqsels

Dell Technologies melalui surveinya berupaya menunjukkan peluang yang bisa diambil perusahaan untuk berkonsentrasi pada transformasi terutama di tiga bidang, yakni konektivitas, produktivitas, dan empati.

Soal konektivitas, sekitar 76 persen responden Indonesia menginginkan perusahaannya menyediakan perangkat dan infrastruktur yang diperlukan untuk bisa bekerja dari mana saja (Work from Anywhere/WfA), serta kebebasan untuk memilih pola kerja yang mereka inginkan.

Namun, teknologi saja tidak cukup. Perusahaan juga perlu memastikan alokasi pekerjaan yang adil bagi setiap karyawan yang memiliki kebutuhan, minat, dan tanggung jawab yang berbeda-beda.

Sedangkan, pekerja Indonesia ingin perusahaannya melakukan pelbagai upaya, yakni mendefinisikan secara jelas komitmen perusahaan tentang pengaturan kerja fleksibel, mempersiapkan pemimpin untuk bisa secara efektif dan adil mengelola tim yang bekerja dari jauh, dan memberdayakan karyawan untuk memilih pola kerja yang diinginkan, serta menyediakan perangkat/infrastruktur yang diperlukan.

Lalu, perihal produktivitas, survei juga memperlihatkan mayoritas responden Indonesia ingin bisa mempelajari berbagai keterampilan dan teknologi baru, seperti keterampilan kepemimpinan, dan machine learning.

Riset juga menunjukkan perusahaan secara keseluruhan perlu membangun sebuah budaya empati dengan menghargai karyawan sebagai sumber kreativitas dan aset terbesar perusahaan.

“Saat ini, perusahaan yang ingin meraih sukses yang berkelanjutan harus benar-benar  berpikir bagaimana caranya mereka bisa dengan hati-hati dan terarah membantu karyawan mereka  menghadapi perubahan-perubahan yang lebih lanjut,” kata Country General Manager Dell Technologies Indonesia, Hendra Lesmana.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Astra Otoparts Bagi Dividen Rp828 Miliar, Simak Jadwalnya
IKN Menjadi Target Inovasi yang Seksi bagi Investor Luar Negeri
Pemerintah Sudah Tarik Utang Rp104,7 Triliun Hingga 31 Maret 2024
Museum Benteng Vredeburg Lakukan Revitalisasi Senilai Rp50 Miliar
Pemerintah Realisasikan Rp220 T Untuk 4 Anggaran Prioritas di Q1 2024
ERAL Kolaborasi dengan DJI dan Fujifilm di Kampanye Motion Creativity