Riset Google: Tahun Ini, Ekonomi Digital RI Tembus Rp1.196 Triliun

Nilai ekonomi digital Indonesia terbesar di Asean.

Riset Google: Tahun Ini, Ekonomi Digital RI Tembus Rp1.196 Triliun
Ilustrasi ekonomi digital. Shutterstock/Insta_Photos
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Riset terbaru Google, Temasek, dan Bain & Company meramalkan perekonomian digital Indonesia tahun ini akan tumbuh, dan bakal terus melaju dalam beberapa tahun mendatang. 

Dalam laporan bertajuk “e-Conomy Sea 2022: Through the waves, toward a sea of opportunity”, nilai ekonomi digital Indonesia yang diukur dalam volume barang dagangan kotor (GMV) ditaksir tumbuh 22 persen menjadi US$77 miliar atau lebih dari Rp1.196 triliun. GMV ekonomi digital Indonesia pada 2025 bahkan diprediksi akan mencapai US$130 miliar atau lebih dari Rp2.020 triliun.

Laporan itu menegaskan e-commerce merupakan pendorong utama perekonomian digital Indonesia.

Nilai transaksi perdagangan elektronik Indonesia tahun ini ditaksir mencapai US$59 miliar atau lebih dari Rp916 triliun. Sementara, GMV layanan transportasi dan makanan daring pada periode sama diprediksi mencapai US$8 miliar, media online sekitar US$6,4 miliar, dan layanan perjalanan daring US$3 miliar.

Nilai perekonomian digital domestik tergolong sebagai yang terbesar di Asia Tenggara. Thailand, misalnya, dikenai GMV ekonomi pada nilai taksiran US$35 miliar pada 2022, lalu Vietnam US$23 miliar, Malaysia US$21 miliar, Filipina US$20 miliar, dan Singapura US$18 miliar.

Secara keseluruhan, GMV ekonomi digital Asia Tenggara mencapai US$200 miliar tahun ini, dan dalam tiga tahun terakhir terdapat penambahan 100 juta pengguna internet baru di kawasan.

Tren konsumen digital

Ilustrasi ekonomi digital. (Pixabay/Geralt)

Indonesia juga akan membukukan tingkat konsumsi berbagai layanan ekonomi digital yang konsisten. Buktinya, 50 persen konsumen menyatakan akan menggunakan e-commerce dalam 12 bulan ke depan dengan laju frekuensi yang sama seperti dalam tiga bulan terakhir.

Sementara itu, 65 persen responden menyatakan masih akan mengakses layanan supermarket online dalam setahun ke depan. Kemudian, 51 persen dan 61 persen responden mengaku masih akan menggunakan layanan transportasi dan pesan-antar makanan dalam 12 bulan ke depan.

Dari sisi adopsi, 89 persen konsumen di wilayah perkotaan menyatakan telah mengakses e-commerce, dan 80 persen responden mengaku telah memanfaatkan layanan transportasi daring.

Tingkat adopsi warga perkotaan pada layanan pesan-antar makanan mencapai 79 persen, video-on-demand 63 persen, supermarket online 59 persen, musik on-demand 57 persen, dan perjalanan 52 persen. Lantas, 48 persen konsumen menyatakan bersedia untuk membayar lebih banyak untuk produk atau layanan yang ramah lingkungan.

Ekonomi digital solusi inflasi

Shutterstock/Treecha

Perkembangan ekonomi digital  sanggup menjadi solusi bagi risiko inflasi tinggi yang membayangi, menurut Grant Thornton Indonesia. Perusahaan jasa profesional tersebut mengatakan pergeseran perilaku masyarakat, terutama selama pandemi COVID-19, menjadi katalis pendorong bagi pengembangan perekonomian digital.

Menurut CEO Grant Thornton Indonesia, Johanna Gani, kondisi Indonesia perlu diwaspadai. Dia mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan tingkat inflasi pada September 2022 mencapai 1,17 persen secara bulanan, dan dianggap tertinggi sejak Desember 2014.

Menurutnya, pemerintah Indonesia telah menempuh berbagai cara demi menekan kenaikan indeks harga konsumen (IHK) tersebut. Salah satunya, mengoptimalikan perekonomian digital domestik.

“Ekonomi digital kami yakini dapat membantu perkembangan ekonomi dengan lebih cepat,” katanya dalam keterangan yang dikutip Selasa (18/10). 

Johanna mencontohkan aplikasi memungkinkan pemangkasan rantai pasok barang, sehingga titik yang mesti dilewati produsen untuk menyampaikan produknya ke konsumen dapat jauh berkurang.

Misalnya, petani dapat langsung mengirimkan hasil bumi seperti sayuran, buah-buahan, dan juga ternak ke konsumen akhir.

Khalayak luas juga semakin dipermudah dengan kehadiran e-commerce, dan didukung oleh aplikasi keuangan digital. Ini berbarengan dengan fakta bahwa transaksi dengan uang elektronik saat ini kian meningkat.

“Transaksi nontunai lebih efektif dan efisien,” ujarnya.

Menurut catatan Bank Indonesia (BI), nilai transaksi uang elektronik pada Agustus 2022 tumbuh 43,2 persen dalam setahun (yoy) menjadi Rp35,5 triliun, dengan nilai transaksi bank digital melaju 31,40 persen yoy menjadi Rp4.557,5 triliun. 

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Astra International (ASII) Bagi Dividen Rp17 Triliun, Ini Jadwalnya
Mengenal Proses Screening Interview dan Tahapannya
Cara Mengaktifkan eSIM di iPhone dan Cara Menggunakannya
Digempur Sentimen Negatif, Laba Barito Pacific Tergerus 61,9 Persen
Perusahaan AS Akan Bangun PLTN Pertama Indonesia Senilai Rp17 Triliun
SMF Akui Kenaikan BI Rate Belum Berdampak ke Bunga KPR Bersubsidi