Riset: Samsung Jadi Penguasa Ponsel Meski Pasar Terkoreksi Awal 2022

Penurunan akibat siklus musiman dan sejumlah sentimen.

Riset: Samsung Jadi Penguasa Ponsel Meski Pasar Terkoreksi Awal 2022
Ilustrasi ponsel pintar. Shutterstock/ImYanis
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Memasuki awal 2022, Samsung masih menjadi penguasa pasar ponsel secara global. Pangsa pasarnya pada kuartal I-2022 mencapai 24 persen atau naik dari 22 persen pada periode sama tahun sebelumnya, begitu catatan firma riset pasar Canalys.

Sementara itu, Apple menjadi runner up dengan pangsa pasar 18 persen. Sebagai perbandingan, market share produsen ponsel dari Amerika Serikat (AS) ini pada periode sama 2021 mencapai 15 persen.

Setelah Apple, Xiaomi menyusul dengan pangsa pasar 14 persen, diikuti Oppo 11 persen, vivo 10 persen, dan lain-lain 28 persen.

“Meskipun ketidakpastian membayangi di pasar global, vendor terkemuka mempercepat pertumbuhan mereka dengan memperluas portofolio perangkat untuk 2022,” kata Analis Canalys Sanyam Chaurasis, dalam rilis resmi, dikutip Kamis (21/4).

Samsung menggenjot produksi seri A demi bersaing secara agresif di segmen menengah ke bawah, kata Sanyam. Pada saat sama, vendor gawai dari Korea Selatan ini juga memperbarui sejumlah portofolio ponsel pintarnya, termasuk flagship Galaxy S22.

Sementara, Apple beroleh permintaan terutama dari jajaran iPhone 13. iPhone SE yang baru rilis bulan lalu turut menjadi pendorong bagi Apple, terutama untuk segmen menengah.

Vendor smartphone dari Cina mengalami perlambatan di pasar dalam negeri dan masih mengalami kesulitan soal kendala pasokan.

Tahun lalu, Samsung juga menjadi pemimpin pasar ponsel dengan pangsa pasar 20,1 persen, menurut data dari International Data Corporation (IDC). Setelahnya, pangsa pasar Apple 7,4 persen, Xiaomi 14,1 persen, Oppo 9,9 persen, dan vivo 9,5 persen.

Industri ponsel terkoreksi

Samsung merilis Galaxy A33 5G dan A53 5G. Dok/Samsung

Secara keseluruhan, menurut Canalys, industri ponsel membukukan kinerja yang kurang memuaskan pada kuartal pertama tahun ini. Pengiriman ponsel secara global terkoreksi 11 persen akibat kondisi ekonomi yang kurang baik serta faktor musiman saat permintaan turun.

“Pasar smartphone global tertahan oleh lingkungan bisnis yang tidak menentu,” kata VP Mobility Canalys Nicole Peng, dalam kesempatan sama.

Pasar sempat terdampak oleh lonjakan kasus COVID-19 karena varian Omicron, menurut Nicole. Syukurlah, tingkat vaksinasi yang tinggi membantu memulihkan aktivitas konsumen dengan cepat.

Akan tetapi, produsen juga menghadapi ketidakpastian besar akibat perang Rusia dan Ukraina, kebijakan karantina wilayah di Cina, dan ancaman inflasi. Sejumlah sentimen tersebut menambah tekanan bagi pasar ponsel yang secara musiman memang kerap melambat pada awal tahun.

“Kabar baiknya adalah bahwa kekurangan komponen yang menyakitkan mungkin membaik lebih cepat dari yang diharapkan, yang tentunya akan membantu meringankan tekanan biaya,” ujarnya.

Menurutnya, para produsen harus bersiap untuk merespons dengan cepat peluang dan risiko yang muncul sembari berfokus pada rencana strategis jangka panjang.

Selain ponsel pintar, pasar barang konsumen elektronik lain, seperti komputer, juga mengalami penurunan pada awal tahun ini. Menurut data dari IDC, pasar komputer pribadi (personal computer/PC) turun 5,1 persen secara tahunan.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Maret 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

17 Film Termahal di Dunia, Memiliki Nilai yang Fantastis
Ada Modus Bobol Akun Bank via WhatsApp, Begini Cara Mitigasinya
Bea Cukai Kembali Jadi Samsak Kritik Warganet, Ini Respons Sri Mulyani
Rumah Tapak Diminati, Grup Lippo (LPCK) Raup Marketing Sales Rp325 M
Bahlil: Apple Belum Tindak Lanjuti Investasi di Indonesia
Stanchart: Kemenangan Prabowo Tak Serta Merta Tingkatkan Investasi