Standard Chartered dan Bank-Bank Besar Lain Merambah Metaverse

Metaverse masih alat pemasaran, belum transaksi ruang maya.

Standard Chartered dan Bank-Bank Besar Lain Merambah Metaverse
Standard Chartered. Shutterstock/MOZCO Mateusz Szymanski
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Daftar bank-bank besar yang merambah metaverse tampaknya bertambah. Adalah Standard Chartered yang baru saja mengakuisisi tanah virtual di Sandbox, platform gim virtual berbasis blockchain.

Perusahaan jasa keuangan dari Inggris ini, melalui anak usaha Standard Chartered Bank Hongkong Ltd (SCBHK), mengumumkan kemitraan dengan Sandbox demi “menciptakan pengalaman metaverse”, Selasa (26/4), menurut laman Bitcoin.com.

Standard Chartered menyatakan diri sebagai bank pertama yang membeli tanah virtual di Mega City Sandbox, distrik pusat budaya yang terinspirasi dari para talenta Hong Kong.

“Selama beberapa tahun terakhir, kami telah membangun model bisnis di kripto, aset digital, dan melihat kebangkitan metaverse sebagai tonggak penting dalam evolusi Web 3.0,” kata Alex Manson, Kepala SC Ventures, anak usaha Standard Chartered yang memimpin inisiatif metaverse, Rabu (27/4).

Tak sedikit bank besar maupun perusahaan jasa keuangan yang telah memasuki metaverse belakangan, seperti JP Morgan, HSBC dan Fidelity Investments. HSBC, misalnya, memilih bermitra dengan Sandbox untuk melangkah ke metaverse, sedangkan JP Morgan dan Fidelity menjalin kolaborasi dengan Decentraland, platform gim 3D.

“Perusahaan dan brand, bahkan lembaga keuangan, perlu bersaing untuk memberikan nilai tambah kepada pelanggannya,” kata Erich Wong, Head of Growth Sandbox, Rabu (6/4), seperti dikutip dari South China Morning Post (SCMP).

Rencana bank di metaverse

Ilustrasi kesepakatan bisnis di metaverse. Shutterstock/Athitat Shinagowin

Standard Chartered akan melibatkan klien, mitra, staf, dan komunitas teknologinya untuk mengeksplorasi peluang kreatif di metaverse. Bank ini akan melakukan eksperimen dan membangun pengalaman baru untuk klien, serta membawa "komunitas olahraga dan seni lokal ke metaverse”.

HSBC belum menyampaikan rencana terang untuk ruang virtualnya di Sandbox. Namun, mereka mengatakan akan berfokus pada pengalaman brand secara mendalam serta gamifikasi, sebuah proses menambahkan mekanisme gim ke pengalaman nongim sebagai usaha untuk melakukan eksplorasi hal yang kompleks.

“Kami benar-benar melihat bahwa realitas virtual, teknologi augmented reality, dan semua antarmuka tiga dimensi baru ini akan diadopsi secara massal di beberapa titik,” kata Suresh Balaji, Chief Marketing Officer HSBC Asia-Pasifik. “HSBC selalu berinvestasi di komunitas. Gim menciptakan komunitas besar.”

HSBC bakal merilis pendanaan yang menitikberatkan pada peluang investasi di metaverse, khususnya untuk nasabah kaya dan superkaya serta klien investor terakreditasi.

Sementara, JP Morgan mengatakan telah menjadi pendukung teknologi blockchain dan penggunaannya dalam transaksi keuangan. Buktinya adalah JP Morgan Coin atau JPM Coin. Upaya merambah metaverse pun merupakan langkah lanjutan dalam investasinya membangun infrastruktur pada semesta kripto.

Meski demikian, alih-alih menjadi cara baru untuk menawarkan layanan, metaverse bagi perbankan dianggap masih sebatas instrumen pemasaran, menurut pakar industri dalam laporan SCMP. Untuk melakukan transaksi keuangan, nasabah masih perlu menggunakan aplikasi digital mereka atau mengunjungi cabang fisik.

Potensi metaverse

Ilustrasi metaverse. Shutterstock/Skipper_SR

Di sisi lain, perbankan sampai saat ini juga masih tertantang soal bagaimana melakukan efisiensi biaya dengan memangkas jumlah kantor cabang. HSBC diperkirakan menutup 69 kantor cabang tahun ini di Inggris, yang merupakan pasar terbesar kedua setelah Hong Kong. Itu mengikuti 82 penutupan cabang tahun lalu.

Pembatasan sosial untuk mengendalikan COVID-19 yang merebak telah membuat konsumen beralih ke layanan digital dari antrean di cabang bank atau ATM. Sebagian besar nasabah lebih mengakses layanan perbankan daring serta mengurangi kebutuhan akan banyak lokasi fisik.

Di sisi lain, lebih dari 95 persen transaksi ritel HSBC sekarang dilakukan melalui saluran digital. HSBC bahkan menyebut pertumbuhan dua digit dari pelanggan aktif selulernya pada Januari.

Standard Chartered tahun lalu mengatakan akan menutup hampir setengah dari cabangnya dan memangkas sepertiga ruang kantor globalnya seiring pandemi yang mempercepat pergeseran digital dan mengubah cara kerja staf bank. Selain itu, pendapatan digital di segmen perbankan konsumen, swasta, dan bisnis meningkat dua kali lipat dalam dua tahun terakhir.

Pun begitu, potensi nilai ekonomi metaverse juga tak bisa dianggap remeh. Citibank memperkirakan metaverse punya potensi nilai US$13 triliun dengan 5 miliar pengguna pada 2030. Sedangkan, Goldman Sachs dan Morgan Stanley sama-sama percaya bahwa metaverse berpotensi nilai $8 triliun.

Bisnis periklanan dan pemasaran diprediksi bakal jadi salah satu kue ekonomi terbesar di metaverse, menurut laporan dari JP Morgan. Belanja iklan dalam gim metaverse ditaksir akan mencapai US$18,41 miliar atau lebih dari Rp263 triliun pada 2027.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Astra International (ASII) Bagi Dividen Rp17 Triliun, Ini Jadwalnya
Microsoft Umumkan Investasi Rp27 Triliun di Indonesia
Laba PTRO Q1-2024 Amblas 94,4% Jadi US$163 Ribu, Ini Penyebabnya
Waspada IHSG Balik Arah ke Zona Merah Pascalibur
Laba Q1-2024 PTBA Menyusut 31,9 Persen Menjadi Rp790,9 Miliar
Laba Q1-2024 Antam Tergerus 85,66 Persen Menjadi Rp238,37 Miliar