Tahun Lalu Rekor, Penjualan NFT Mulai Melambat pada Awal 2022

Antusiasme terhadap NFT tampak mulai turun.

Tahun Lalu Rekor, Penjualan NFT Mulai Melambat pada Awal 2022
NFT Bored Ape 4873 dilihat dari layar smartphone. Shutterstock/Mundissima
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Usai mencetak rekor tahun lalu, penjualan NFT mulai menunjukkan tanda-tanda melambat pada awal 2022. Penjualan NFT di OpenSea bulan lalu, misalnya, hanya US$2,5 miliar, jauh lebih kecil dari catatan Januari yang mencapai US$5 miliar.

Menurut data dari cryptoslam, pelacak pasar NFT, Maret tahun ini hanya 635 ribu orang membeli NFT dengan harga rata-rata sekitar US$427. Sebagai perbandingan, pada Januari, ada sebanyak 948 ribu investor yang menebus NFT dengan harga rata-rata US$659.

"Saya pikir kami mencapai sesuatu yang tidak berkelanjutan," kata Pablo Rodriguez-Frale, seorang kolektor seni digital di Miami, Amerika Serikat (AS), seperti dikutip dari Reuters, Rabu (6/4).

Meski demikian, Modesta Masoit, Direktur Keuangan dan Analitik DappRadar, mengatakan pasar NFT saat ini lebih condong mengalami konsolidasi usai pertumbuhannya yang membubung tahun lalu.

Dia menyatakan perang Rusia-Ukraina belakangan telah menjadi sentimen bagi pasar NFT. Investor diperkirakan lebih hati-hati dalam investasi NFT. Dengan begitu, penjualan aset digital tersebut tertekan.

Menurut laporan dari NonFungible.com dan L’Atelier BNP Paribas, penjualan aset digital pada 2021 mencapai US$17,6 miliar atau lebih dari Rp251 triliun. Dengan kata lain, angka tersebut melonjak bahkan mencapai 200 kali lipat. Sebab, penjualan tahun sebelumnya hanya US$82 juta.

Dari investor unik hingga transaksi

Karya Seni NFT dan koin kripto. (ShutterStock/Rafael Tomazi)

Penjualan NFT secara global pada Maret 2022 hanya mencapai US$2,3 miliar, menurut laman BeinCrypto. Jika dibandingkan secara bulanan (month-to-month/mtm), nilai tersebut turun 21 persen ketimbang US$2,92 miliar pada Februari.

Penurunan penjualan NFT sebulan terakhir dapat merusak koleksi digital. Pasalnya, pembeli baru akan melihat data bulan sebelumnya untuk memutuskan apakah mereka harus berinvestasi di NFT atau tidak.

Penjualan NFT secara bulanan sempat mencapai angka tertinggi pada Agustus tahun lalu mencapai US$4,91 miliar. Kala itu, penjualan disokong oleh NFT seperti Bored Ape Yacht Club (BAYC) dan NBA Top Shot.

Kondisi penjualan NFT tersebut ditengarai akibat penurunan jumlah pembeli unik (unique buyers), transaksi, dan nilai penjualan rata-rata. Jumlah pembeli unik saat ini hanya sekitar 630 ribu orang, turun dari 940 ribu orang pada Januari 2022.

Bulan lalu transaksinya hanya mencapai 5,45 juta transaksi dari sebelumnya 6,8 juta transaksi. Lalu, nilai penjualan rata-rata sekarang hanya US$422 dari sebelumnya US$655.

Harga NFT memang fluktuatif tersebab nilai aset digital tersebut yang bergantung pada status sosialnya. Menurut Nima Sagharchi, kepala aset digital di rumah lelang Bonhams, berbeda dengan dunia seni tradisional, pasar NFT dapat mengalami siklus naik dan turun (bullish dan bearish) hanya dalam sepekan.

Meski secara keseluruhan menurun, harga NFT blue chip tampaknya masih bertahan. BAYC, misalnya, masih bertahan di kisaran US$300 ribu. BAYC merupakan komunitas NFT yang anggotanya tidak lebih dari 10 ribu. Sejumlah pesohor seperti Justin Bieber, Eminem, pembawa acara Jimmy Fallon, hingga Snoop Dogg merupakan pemilik aset digital tersebut.

Related Topics

NFTNonfungible Token

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Astra International (ASII) Bagi Dividen Rp17 Triliun, Ini Jadwalnya
Mengenal Proses Screening Interview dan Tahapannya
Cara Mengaktifkan eSIM di iPhone dan Cara Menggunakannya
Digempur Sentimen Negatif, Laba Barito Pacific Tergerus 61,9 Persen
Perusahaan AS Akan Bangun PLTN Pertama Indonesia Senilai Rp17 Triliun
SMF Akui Kenaikan BI Rate Belum Berdampak ke Bunga KPR Bersubsidi