Jakarta, FORTUNE – Penjualan ponsel pintar secara global melorot akibat gejolak perekonomian terutama inflasi, menurut laporan terbaru dari Counterpoint Research.
Firma penelitian itu menyebutkan penjualan smartphone pada Mei 2022 turun menjadi 10 persen dalam setahun (year-on-year/yoy), Rabu (5/7). Namun, jika dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month), penjualan ponsel pintar terkoreksi 4 persen. Secara bulanan itu merupakan penurunan kedua berturut-turut, dan kesebelas secara tahunan.
Hanya 96 juta unit ponsel pintar terjual Mei lalu. Dalam 10 tahun terakhir, cuma dua kali penjualan ponsel bulanan mencapai kurang dari 100 juta unit. Tekanan inflasi disebut telah memicu pesimisme konsumen dunia, dan banyak orang menunda pembelian barang tidak penting, termasuk smartphone.
“Permintaan smartphone, terutama di negara-negara maju, didorong oleh penggantian, yang menjadikannya sebagai pilihan pembelian,” kata Direktur Riset Counterpoint Research, Tarun Pathak.
Perusahaat riset Canalys sebelumnya mengungkap bahwa industri ponsel membukukan kinerja kurang memuaskan pada kuartal pertama tahun ini. Buktinya, pengiriman ponsel global terkoreksi 11 persen akibat kondisi ekonomi yang kurang baik serta faktor musiman permintaan yang turun.
“Pasar smartphone global tertahan oleh lingkungan bisnis yang tidak menentu,” kata VP Mobility Canalys Nicole Peng, dalam rilis resmi, Kamis (21/4).
Penjualan belum mencapai taraf prapandemi
Catatan terbaru itu kian menebalkan fakta bahwa pasar smartphone global masih belum mencapai tingkat sebelum pandemi Covid-19.
Jika penjualan 2021 terganjal kemelut rantai pasok dan wabah, tahun ini tantangannya datang dari kelangkaan komponen—yang belum sepenuhnya teratasi, tapi berhasil dikendalikan. Perlambatan Cina dan krisis Ukraina turut menyumbang penurunan permintaan tahun ini.
“Tampaknya tak satu pun original equipment manufacturer (OEM) terhindar dari dampak negatif pada permintaan yang disebabkan oleh campuran faktor-faktor tersebut,” kata analis senior Counterpoint Research, Varun Mishra. Menurutnya, rendahnya permintaan ikut memicu penumpukan invetaris yang mengarah pada penurunan pengiriman serta penyesuaian pesanan dari produsen ponsel.
Riset Counterpoint Research menaksir kondisi kuartal kedua kemungkinan masih akan terdampak, sebelum situasi akhirnya akan membaik pada semester kedua 2022. Perbaikan itu diperkirakan terjadi menyusul normalisasi situasi di Cina, keseimbangan pasokan dan permintaan dalam rantai pasok, dan kondisi ekonomi makro yang lebih baik dengan penurunan inflasi.
Di Indonesia, pasar ponsel pintar terkoreksi 17,3 persen per tahun pada kuartal pertama 2022 ini, menurut International Data Corporation. Pasar ponsel secara kuartalan (quarter-to-quarter/qtq) juga mengalami koreksi 13,1 persen.
“Daya beli konsumen yang lebih rendah karena kenaikan harga barang, seperti gas dan komoditas (termasuk telepon seluler) dan pasokan smartphone entry-level yang lebih rendah di pasar berkontribusi terhadap penurunan ini,” kata Associate Market Analyst IDC Indonesia, Vanessa Aurelia, dalam keterangan resmi, dikutip Jumat (17/6).
IDC memperkirakan pengiriman smartphone pada kuartal kedua tahun ini akan lebih rendah dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.