Tokocrypto: Pasar Kripto Masih Terjebak di Zona Merah, Ini Penyebabnya

Bitcoin masih belum ada tanda-tanda untuk bullish.

Tokocrypto: Pasar Kripto Masih Terjebak di Zona Merah, Ini Penyebabnya
Ilustrasi perdagangan aset kripto. Shutterstock/Irina Budanova
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Pasar aset kripto masih terjebak di zona merah pada pertengahan akhir September ini. Investor diprediksi mulai menjauh dari market karena sejumlah sentimen negatif.

Melansir data dari investing.com, Kamis (29/9), nilai Bitcoin turun 2,83 persen dalam sebulan terakhir (month-to-month) menjadi US$19.476. Sedangkan, Ethereum pada periode sama terkoreksi tajam 13,81 persen menjadi US$1.340. Dua aset kripto barusan ini merupakan yang teratas di pasar.

Menurut Trader Tokocrypto, Afid Sugiono, pasar aset kripto kembali bergejolak karena sejumlah faktor, termasuk sentimen dari bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve atau Fed.

Menurutnya, investor semakin menghindari pasar usai pejabat Fed menyampaikan niat untuk terus memperketat kebijakan moneternya.

"Dalam beberapa hari terakhir ini, sentimen negatif datang dari pejabat The Fed yang mengeluarkan komentar bahwa The Fed perlu mengerek suku bunga lebih tinggi lagi untuk sementara waktu demi mengendalikan inflasi," kata Afid.

Pernyataan Fed ikut berdampak terhadap kinerja pasar saham AS. Di sisi lain, jika otoritas moneter menetapkan kebijakan suku bunga yang agresif, banyak pihak meyakini pertumbuhan ekonomi AS akan terdampak.

Proyeksi pasar

Ilustrasi aset kripto. Shutterstock/Chinnapong

Kinerja pasar aset kripto saat ini ikut terpengaruh oleh pasar saham AS yang berkinerja buruk. Dalam sebulan terakhir, misalnya, indeks Dow Jones Industrial Aveage (DJII) yang terkoreksi 7,52 persen, Nasdaq turun 7,93 persen, dan S&P 500 melorot 7,73 persen.

"Hal ini dapat dimaklumi mengingat investor kripto selalu mengacu pada pasar saham AS untuk melihat selera risiko investor secara umum. Secara indeks, saham AS sedang terpukul juga oleh komentar dari beberapa pejabat The Fed yang menegaskan pentingnya pengetatan kebijakan moneter demi meredam inflasi," ujarnya.

Penguatan nilai dolar AS yang saat ini terjadi juga ikut berdampak terhadap pasar aset kripto. “Banyak investor yang mulai melepaskan kepemilikan kriptonya dan menghentikan akumulasi untuk beralih ke dolar AS yang jadi aset safe haven,” katanya.

Afid menyatakan, Bitcoin, meski sempat kembali menyentuh level psikologisnya pada US$20.000, belum membantu untuk terus naik atau bullish. Dia memproyeksikan area support aset kripto berkode BTC ini pada level US$18.125. Jika harga Bitcoin kembali bounce, terjadi kenaikan ke level US$ 19.610.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Astra International (ASII) Bagi Dividen Rp17 Triliun, Ini Jadwalnya
Mengenal Proses Screening Interview dan Tahapannya
Cara Mengaktifkan eSIM di iPhone dan Cara Menggunakannya
Digempur Sentimen Negatif, Laba Barito Pacific Tergerus 61,9 Persen
Perusahaan AS Akan Bangun PLTN Pertama Indonesia Senilai Rp17 Triliun
SMF Akui Kenaikan BI Rate Belum Berdampak ke Bunga KPR Bersubsidi