Vitalik Buterin, Pendiri Ethereum yang Mengecam Aksi Rusia ke Ukraina

Buterin kerap angkat suara mengenai sejumlah peristiwa.

Vitalik Buterin, Pendiri Ethereum yang Mengecam Aksi Rusia ke Ukraina
Pendiri Ethereum, Vitalik Buterin. Shutterstock/Alexey Smyshlyaev
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Serangan militer Rusia ke Ukraina memantik komentar pedas dari sejumlah pihak, tak terkecuali kalangan pelaku pasar kripto. Vitalik Buterin, salah satu pendiri Ethereum, mengecam keras Presiden Rusia Vladimir Putin usai pemerintahannya mengumumkan “operasi militer” khusus di Ukraina—yang berarti secara efektif menyatakan perang terhadap Ukraina.

Pada Rabu (23/2), Buterin menulis melalui akun Twitter pribadinya, bahwa dia “sangat kecewa dengan keputusan Putin”, untuk meninggalkan solusi damai dalam konflik Rusia dengan Ukraina. Alih-alih Putin “memulai perang sebagai gantinya”.

“Ini adalah kejahatan terhadap rakyat Ukraina dan Rusia,” tulis pria kelahiran Rusia yang tinggal di Kanada ini, seperti dikutip dari Fortune.com, Jumat (25/2). ‘Saya ingin mendoakan keselamatan dan keamanan semua orang, meskipun saya tahu tidak akan ada.”

Dia pun menambahkan: “Pengingat: Ethereum netral, tapi saya tidak.”

Profil Vitalik: Bangun Ethereum saat berusia 21

Vitalik adalah sosok jenius yang berhasil membangun Ethereum pada usia 21.

Ia lahir dan tinggal di Rusia sampai umur 6, sebelum orang tuanya memutuskan untuk pindah ke Kanada demi mencari pekerjaan lebih baik. Di sana, ketika duduk di sekolah dasar, Vitalik ditempatkan dalam program khusus anak-anak berbakat.

Sejak kecil, ia memiliki minat kuat terhadap matematika, pemrograman, dan ekonomi, demikian laman cointelegraph.

Dia perdana tertarik kepada Bitcoin ketika berusia 17. Dari situ, ia tekun mendalami kripto dengan menulis di artikel blog hingga dibayar dengan Bitcoin. Dia turut mendirikan majalah Bitcoin.

Buterin juga sempat mengeyam pendidikan sarjana ilmu komputer di University Waterloo. Namun, ia memutuskan untuk berhenti demi fokus dalam membangun Ethereum.

Vitalik mulai merintis Ethereum usai berkeliling dunia untuk melihat berbagai mata uang kripto dan bertemu dengan pengembang. Dia pada awalnya terinspirasi untuk membuat versi Bitcoin yang baru dan lebih baik: memungkinkan skalabilitas dan aplikasi lebih banyak.

Dia pun berhasil. Ethereum perdana rilis pada Januari 2014 dengan sejumlah orang. Selang beberapa bulan kemudian, Vitalik bersama tim memutuskan untuk menggelar initial coin offering (ICO) Ether, token asli jaringan Ethereum, untuk mendanai pengembangan.

Perkembangan Ethereum

Ethereum kini bisa jadi merupakan salah satu kripto tersukses. Kapitalisasi pasarnya saat ini Rp4.491 triliun atau 18,2 persen dari market cap kripto dunia.

Ethereum turut menjadi dasar dari pengembangan proyek kripto termasuk aset yang tidak dapat dipertukarkan (non-fungible token/NFT) yang sedang populer saat ini.

Secara ringkasnya, Etherum memiliki teknologi blokchain yang bersifat open-source yang memungkinkan pembuatan ekosistem luas seperti keuangan terdesentralisasi (decentralized finance/DeFI), decentralized autonomous organisations (DAOs), dompet digital, dan Ethereum Dapps, dan NFT.

Vitalik sendiri berharap Ethereum kelak Ethereum akan menjadi tulang punggung bagi metaverse, sebuah ruang virtual tanpa batas di internet.

Sebagai tambahan, kekayaan bersih pemuda tersebut diperkirakan lebih dari US$1 miliar atau setara dengan Rp14,3 triliun (asumsi kurs Rp14.300).

Peduli terhadap isu sosial

Buterin  juga sering beropini mengenai isu-isu publik termasuk perkembangan teknologi blokchain. Tahun lalu, ia mengkritik pemerintah El Salvador karena memberlakukan Bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah.

“Menjadikannya wajib bagi bisnis untuk menerima kripto tertentu bertentangan dengan cita-cita kebebasan yang seharusnya sangat penting bagi ruang kripto,” kata Buterin saat itu.

Baru-baru ini, ia juga mengecam pemerintah Kanada lantaran memblokir transfer kripto dan rekening bank dari pengemudi truk yang melakukan protes atau demonstrasi. Menurutnya, itu adalah sebuah langkah yang “berbahaya”.

Pria sama juga pernah beroleh pujian usai memberikan donasi US$1,2 miliar untuk dana bantuan COVID-19 pada Mei tahun lalu.

Vitalik pernah dianugerahi Thiel Fellowship pada 2014 atas proyek ilmiah dan tekniknya yang inovatif. Dia juga memenangkan hadiah World Technology Network (WTN) untuk perangkat lunak IT pada 2014, mengalahkan Mark Zuckerberg dari Facebook. Dia juga berhasil masuk ke lis Fortune 40 Under 40.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Mengenal Proses Screening Interview dan Tahapannya
Cara Mengaktifkan eSIM di iPhone dan Cara Menggunakannya
Perusahaan AS Akan Bangun PLTN Pertama Indonesia Senilai Rp17 Triliun
SMF Akui Kenaikan BI Rate Belum Berdampak ke Bunga KPR Bersubsidi
Digempur Sentimen Negatif, Laba Barito Pacific Tergerus 61,9 Persen
LPS Bayarkan Klaim Rp237 Miliar ke Nasabah BPR Kolaps dalam 4 Bulan