Jakarta,FORTUNE - Grup GoTo berhasil meraih dana US$1,3 miliar atau setara dengan Rp18 triliun dari penggalangan dana pra-IPO. Dana tersebut berasal dari berbagai investor di antaranya anak perusahaan Abu Dhabi Investment Authority (ADIA) Avanda Investment Management, Fidelity International, Google, Permodalan Nasional Berhad (PNB), Primavera Capital Group, SeaTown Master Fund, Temasek, Tencent, hingga Ward Ferry.
Menanggapi hal tersebut, Analis sekaligus CEO Finvesol Consulting Fendi Susiyanto memprediksi valuasi GoTo bisa tembus mencapai US$40 miliar.
"Melihat animo investor ketika pra-IPO, valuasi GoTo saat IPO bisa lebih dari US$35 miliar hingga US$40 miliar," ujar Fendi dalam keterangan resmi yang dikutip Antara di Jakarta, Senin (15/11).
“Permintaan konsumen terdorong oleh pertumbuhan adopsi digital yang telah membawa banyak pengguna masuk ke ranah online. Akibatnya, permintaan akan layanan kami terus meningkat," kata Andre.
Dana pra-IPO untuk kembangkan ekosistem
CEO dari Grup GoTo Andre Soelistyo menjelaskan, dana yang terkumpul memungkinkan GoTo untuk berinvestasi lebih jauh dalam mengembangkan ekosistemnya. Tak hanya itu, dana juga akan memperkuat posisinya sebagai pemimpin pasar di kawasan, dan melayani pelanggan dengan lebih baik.
“Indonesia dan Asia Tenggara adalah kedua pasar dengan prospek pertumbuhan yang paling menjanjikan di dunia, dan dukungan yang kami peroleh menunjukkan kepercayaan yang dimiliki investor terhadap ekonomi digital yang berkembang pesat di kawasan ini serta posisi kami sebagai pemimpin pasar,” kata Andre Soelistyo.
Dirinya menambahkan, fokus GoTo juga untuk mendorong pemanfaatan armada transportasi dan jaringan logistik yang terintegrasi untuk lebih meningkatkan pengalaman hyperlocal guna melayani pelanggan dengan lebih baik.
Investor lokal di GoTo dinilai bakal makin untung
Selain investor global, tercatat beberapa investor lokal juga menanamkan sahamnya di GoTO. Sebut saja grup Djarum yang berinvestasi di GoTo melalui entitas anak miliknya Global Digital Niaga juga berinvestasi di Gojek.
Selain itu, anak usaha Telkom yakni Telkomsel juga masuk ke GoTo pada November 2020 senilai US$150 juta dan tahap kedua pada Mei 2021 senilai US$300 juta.
Fendi menjelaskan, dengan asumsi valuasi GoTo yang mencapai US$ 30 miliar, diperkiraan Internal Rate of Return (IRR) Telkom Group bisa mencapai 6,97 persen perbulan atau setara dengan 83,66 persen per annum.
Nilai transaksi GoTo capai US$22 miliar di 2020
Grup GoTo sendiri mencatat lebih dari 1,8 miliar transaksi pada 2020, dengan total nilai transaksi bruto (GTV) Grup lebih dari US$22 miliar. Andre menjelaskan, transaksi tersebut juga telah berkontribusi ke ekonomi setara dengan lebih dari 2 persen PDB Indonesia.
Sebagai informasi saja, Gojek dan Tokopedia berkombinasi untuk membentuk GoTo pada bulan Mei 2021. Layanan GoTo mencakup transportasi on-demand, e-commerce, pengiriman makanan dan bahan makanan, logistik dan pemenuhan, serta layanan keuangan dan pembayaran. Tiga pilar utama GoTo tersebut tercermin dari tiga merek besar yaitu Gojek, Tokopedia, dan GoTo Financial.