Social Commerce Makin Marak, Transaksi Live Shopping Tumbuh 80%

Transaksi Harbolnas di e-commerce tembus Rp22,7 triliun.

Social Commerce Makin Marak, Transaksi Live Shopping Tumbuh 80%
Ilustrasi pemasaran dengan influencer marketing. Shutterstock/paulaphoto
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Layanan berjualan di media sosial dengan melakukan siaran langsung atau live shopping kini seakan menjadi primadona di masyarakat. Kondisi tersebut seakan menjadi tantangan tersendiri bagi industri e-commerce.

Seperti diketahui bersama, masyarakat dapat dengan mudah memasarkan barang dagangannya dengan melakukan siaran langsung di berbagai platform seperti Instagram, TikTok hingga Shopee. Aktivitas berjualan di medsos tersebut, kerap disebut dengan social commerce.

Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (Idea) Bima Laga bahkan mengatakan, layanan atau transaksi dari social commerce tumbuh kuat di tahun ini. “Live shopping atau social commerce ini memang menjadi populer dibandingkan tahun lalu. Ini growhtnya live shopping sendiri hampir 80 persen year on year,” kata Bima  dalam acara diskusi Urban FGD 2023 bertajuk Peran Ekonomi E-Commerce di Indonesia: Tantangan, Peluang, dan Kebijakan di Jakarta, Selasa (7/3).

Transaksi Harbolnas di e-commerce tembus Rp22,7 triliun

Ilustrasi belanja online. Shutterstock/RossiAgung

Namun demikian, Bima menyatakan transaksi e-commerce juga masih tinggi seiring dengan berlangsungnya Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas). Idea mencatat, rata-rata penjualan di momen Harbolas tiap bulannya di 2022 bisa tembus Rp22,7 triliun. Transaksi tersebut tumbuh 26 persen bila dibandingkan dengan 2021

“Peningkatan transaksi Harbolnas sebesar 26 persen dibanding 2021, dengan  peningkatan 44 persen pada produk lokal. Dan transaksi di wilayah Jawa meningkat sebesar 23 persen,” kata Bima.

Meski demikian dirinya menyebut, pertumbuhan transaksi Harbolnas tidak setinggi tahun 2021. Hal ini  dikarenakan oleh pengeluaran di luar Jawa yang menurun. “Kemungkinan berdampak  dari inflasi khususnya naiknya harga minyak bumi dan perubahan prioritas,” tambah Bima.

Transaksi uang elektronik juga tetap tumbuh

Ilustrasi Digital Banking. (ShutterStock/PopTika)

Di sisi lain, Bima juga mengungkapkan bahwa transaksi uang elektronik hingga digital banking terus meningkat. Hal tersebut tercermin dari data Bank Indonesia (BI) terkait dengan transaksi ekonomi dan keuangan digital.

 Perkembangan ini ditopang oleh semakin luasnya ekonomi digital dan mudahnya sistem pembayaran digital, serta pesatnya digital banking. Tercatat, nilai transaksi uang elektronik (UE) pada Januari 2023 tumbuh 26,08 persen (yoy) sehingga mencapai Rp36,57 triliun. Sementara itu, nilai transaksi digital banking juga masih meningkat 27,9 persen (yoy) menjadi Rp4.900 triliun.

Magazine

SEE MORE>
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024
[Dis] Advantages As First Movers
Edisi Maret 2024
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023

Most Popular

Cara Membuat Akun PayPal dengan Mudah, Tanpa Kartu Kredit!
UOB Sediakan Kartu Kredit Khusus Wanita, Miliki Nasabah 70 ribu
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus tapi Iuran Tetap Beda, Seperti Apa?
IBM Indonesia Ungkap Fungsi WatsonX Bagi Digitalisasi Sektor Keuangan
Survei BI: Tren Harga Rumah Tapak Masih Naik di Awal 2024
Saksi Sidang Kasus Korupsi Tol MBZ Sebut Mutu Beton Tak Sesuai SNI