Buntut Gangguan, Facebook Diperkirakan Rugi Hampir US$100 Juta

Perhitungan itu berdasarkan pendapatan kuartal II Facebook.

Buntut Gangguan, Facebook Diperkirakan Rugi Hampir US$100 Juta
PK Studio/Shutterstock
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Gangguan yang menimpa Facebook, Instagram, dan WhatsApp pada Senin (4/10) malam Waktu Indonesia Barat (WIB) tak hanya mengganggu para pengguna; tetapi juga merugikan raksasa internet itu dari segi finansial.

Mengutip Down Detector, puncak gangguan terhadap aplikasi grup Facebook terjadi pada pukul 23.03 WIB, dengan 125.067 laporan dari para pengguna. 69 persen mengadukan gangguan situs, 18 persen pada aplikasi, dan 13 persen terkait koneksi ke peladen (server). Sekitar 8,5 jam kemudian, Facebook, Instagram, WhatsApp, dan Messenger akhirnya kembali normal.

Selama periode gangguan itu, Facebook diperkirakan kehilangan jumlah pendapatan hampir US$100 juta. Mengapa demikian?

1. Estimasi Kerugian Finansial Akibat Gangguan Facebook

Berdasar perkiraan Fortune.com, Facebook kemungkinan kehilangan total pendapatan hingga US$99,75 juta. Perhitungan itu didasarkan pada pendapatan kuartal kedua Facebook, yakni US$29,08 miliar selama periode 91 hari.

Artinya, dalam sehari, rerata penghasilan US$319,6 juta per hari atau US$13,3 juta per jam. Namun, angka itu tidak memperhitungkan periode dengan traffic tertinggi dalam sehari atau seminggu.

2. Respons Investor Facebook

Penurunan pendapatan hampir US$100 juta selama periode waktu tertentu akan berdampak signifikan bagi mayoritas perusahaan. Namun, untuk Facebook, investor berpeluang besar mengabaikannya—untuk saat ini.

Akan tetapi, secara terpisah, saham Facebook terpukul akibat laporan whistleblower yang menyebut perusahaan lebih mengutamakan keuntungan ketimbang keamanan. Akibatnya, kemarin saham raksasa media sosial itu ditutup turun 4,9 persen.

3. Tudingan Mantan Manajer Produk terhadap Facebook

Pada Minggu (3/10), mantan Manajer Produk Facebook, Frances Haugen, mengatakan Facebook secara prematur mematikan perlindungan tertentu guna mencegah penyebaran misinformasi dan konten ofensif setelah Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) pada 2020.

Menurutnya, “keputusan itu mengakibatkan pecahnya pemberontakan di Capitol, di mana para pendukung Trump meluapkan amarahnya.”

Haugen membagikan fakta tersebut melalui serangkaian laporan riset Facebook kepada The Wall Street Journal dan para anggota parlemen.

Menanggapi itu, Facebook telah menganggap remeh signifikansi dokumen tersebut, menurut laporan Fortune.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Paylater Layaknya Pedang Bermata Dua, Kenali Risiko dan Manfaatnya
Bidik Pasar ASEAN, Microsoft Investasi US$2,2 Miliar di Malaysia
LPS Bayarkan Klaim Rp237 Miliar ke Nasabah BPR Kolaps dalam 4 Bulan
Bukan Cuma Untuk Umrah, Arab Saudi Targetkan 2,2 Juta Wisatawan RI
BI Optimistis Rupiah Menguat ke Rp15.800 per US$, Ini Faktor-faktornya
Rambah Bisnis Es Krim, TGUK Gandeng Aice Siapkan Investasi Rp700 M