LinkedIn Minggat dari Tiongkok, Mengapa?

LinkedIn ditekan oleh pemerintah Tiongkok sejak Maret.

LinkedIn Minggat dari Tiongkok, Mengapa?
Logo LinkedIn. (Pixabay/chan mina)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Microsoft memutuskan menyetop operasional LinkedIn di Tiongkok, platform media sosial Amerika Serikat (AS) terakhir yang masih beroperasi di negara itu. Pertanyaannya, mengapa?

Mengutip Fortune, Jumat (15/10), pemerintah Tiongkok telah mendesak Microsoft memoderasi konten dengan lebih baik sejak Maret 2021. Beberapa waktu belakangan, sejumlah jurnalis AS bahkan diblokir oleh LinkedIn versi Tiongkok—akibat konten terlarang di profilnya.

Microsoft mengaku ‘mencabut’ LinkedIn dari Tiongkok karena “lingkungan operasional yang secara signifikan lebih menantang dan persyaratan kepatuhan yang lebih besar di Tiongkok.”

Namun, bukan berarti platform LinkedIn akan sepenuhnya hengkang dari Negeri Tirai Bambu. Mengapa demikian?

1. Microsoft Memulai Platform Baru

Menyetop LinkedIn di Tiongkok untuk membuka platform baru, itulah langkah Microsoft yang sebenarnya. Nama layanan terbaru itu InJobs, platform itu tak akan menyediakan beranda ataupun fitur membagikan artikel—yang ada di LinkedIn.

“Meski kami telah mencapai keberhasilan membantu pengguna Tiongkok menemukan pekerjaan dan membuka peluang ekonomi, kami belum menemukan tingkat keberhasilan serupa dalam aspek sosialnya,” jelas Microsoft melalui unggahan blog resminya.

2. Kiprah LinkedIn di Tiongkok

LinkedIn menjamah Tiongkok sekitar tujuh tahun lalu, ketika perusahaan merilis versi lokal platform di sana. Karena dilokalisasi sesuai karakteristik pengguna setempat, LinkedIn versi Tiongkok memiliki fitur yang lebih sedikit ketimbang versi aslinya.

Kecerobohan itu yang membuat LinkedIn tak dapat memuaskan para pejabat Tiongkok dalam jangka panjang.

3. Kerpihatinan Pemerintah AS

Bukan hanya Tiongkok yang mewaspadai LinkedIn, melainkan pemerintah AS juga. Pada 2018, AS khawatir Tiongkok menggunakan LinkedIn sebagai alat spionase terhadap mereka. Itu adalah keniscayaan, mengingat LinkedIn yang awalnya bukan milik Microsoft.

Perusahaan teknologi raksasa AS itu baru membeli LinkedIn pada 2016 dengan nilai US$26,2 miliar, dua tahun setelah peluncuran di Tiongkok. Saat ini, platform itu menyumbang sekitar US$10 miliar per tahun terhadap pendapatan Microsoft.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Paylater Layaknya Pedang Bermata Dua, Kenali Risiko dan Manfaatnya
Bidik Pasar ASEAN, Microsoft Investasi US$2,2 Miliar di Malaysia
LPS Bayarkan Klaim Rp237 Miliar ke Nasabah BPR Kolaps dalam 4 Bulan
BI Optimistis Rupiah Menguat ke Rp15.800 per US$, Ini Faktor-faktornya
Saham Anjlok, Problem Starbucks Tak Hanya Aksi Boikot
Rambah Bisnis Es Krim, TGUK Gandeng Aice Siapkan Investasi Rp700 M