JAKARTA, FORTUNE - Studi Cisco Cybersecurity Readiness Index 2025 menunjukkan, hanya 11 persen perusahaan Indonesia yang memiliki kesiapan untuk menghadapi ancaman keamanan siber secara efektif saat ini. Angka ini sedikit menurun dari indeks tahun lalu, di mana 12 perusahaan di Indonesia dianggap sudah mencapai tingkat mature dalam kesiapan keamanan siber.
Faktor hyperconnectivity dan AI membawa kompleksitas baru bagi praktisi keamanan, sehingga angka kesiapan keamanan siber tetap rendah.
AI merevolusi keamanan dan menaikkan tingkat ancaman. Survei mencatat, 9 dari 10 perusahaan (91 persen) mengalami insiden keamanan yang berhubungan dengan AI tahun lalu. Namun, hanya 68 persen dari responden percaya bahwa karyawan mereka sepenuhnya memahami ancaman terkait AI, dan 65 persen yakin bahwa tim mereka sepenuhnya memahami bagaimana pelaku kejahatan berbahaya memanfaatkan AI untuk meluncurkan serangan mutakhir. Kesenjangan dalam kesadaran ini membuat perusahaan menjadi sangat rentan.
AI meningkatkan tantangan di lanskap ancaman yang sudah banyak menghadapi hal tersebut. Tahun lalu, 61 persen menghadapi serangan siber namun dihambat oleh framework keamanan yang kompleks dengan solusi sistem yang tidak terintegrasi (disparate point solution).
Ke depannya, responden melihat ancaman eksternal seperti pelaku kejahatan dan kelompok yang terafiliasi dengan negara (65 persen) lebih signifikan bagi perusahaan mereka dibandingkan ancaman internal (35 persen). Angka ini menegaskan kebutuhan mendesak akan strategi pertahanan yang sederhana untuk menangkis serangan eksternal.
“Seiring dengan transformasi organisasi yang ditimbulkan oleh AI, kita sedang menghadapi risiko terbaru di tingkat yang belum pernah ada sebelumnya – yang bahkan memberikan tekanan yang lebih besar pada infrastruktur kita dan mereka yang mempertahankannya,” kata Koo Juan Huat, Director, Cybersecurity, Cisco ASEAN di Jakarta, Senin (27/5).
Laporan tahun ini juga mengungkapkan, masih adanya kesenjangan yang mengkhawatirkan dalam kesiapan keamanan dan kurangnya urgensi untuk mengatasi tantangan ini. Perusahaan harus memikirkan kembali strategi mereka mengenai cara adopsi AI dan cara melakukannya dengan aman, karena berisiko menjadi tidak relevan di era AI.