Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Sekitar 200 perusahaan AS terkena serangan siber pada Jumat (2/7). (Pexels.com/Tima Miroshnichenko)
Ilustrasi serangan siber (Pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Jakarta, FORTUNE - Ketegangan antara Cina dan Amerika Serikat (AS) kembali memanas setelah Kementerian Keamanan Negara China menuduh Badan Keamanan Nasional (NSA) AS berada di balik rangkaian serangan siber yang terjadi sepanjang 2023 hingga 2024.

Mengutip laporan Reuters, Senin (20/10), lembaga keamanan Cina itu dalam unggahan di platform WeChat menyebut bahwa NSA telah menyusup ke National Time Service Center, institusi di bawah Akademi Ilmu Pengetahuan China yang berfungsi memproduksi dan menjaga standar waktu nasional. Pusat tersebut berperan vital dalam mendukung sistem komunikasi, pertahanan, hingga keuangan negara.

Menurut keterangan resmi, operasi siber tersebut diduga melibatkan sekitar 42 jenis senjata digital canggih untuk menembus jaringan pusat waktu nasional. Serangan itu, kata pihak Cina, berpotensi menimbulkan gangguan serius terhadap jaringan komunikasi, sistem finansial, dan infrastruktur kelistrikan.

Selain itu, unggahan di WeChat tersebut menambahkan bahwa NSA memanfaatkan celah keamanan dalam sistem pesan sebuah merek ponsel asing untuk menyadap data sensitif para pegawai, meskipun merek tersebut tidak diungkapkan.

Kedutaan Besar AS belum memberikan tanggapan atas tuduhan tersebut dalam pernyataan email yang dikirim. Namun, tanggapan yang dikirim justru menyoroti aktivitas siber Cina, dengan menyebut bahwa peretasan yang berasal dari Cina merupakan “ancaman paling aktif dan persisten” terhadap pemerintah serta perusahaan-perusahaan AS.

Hingga kini, NSA belum memberikan pernyataan resmi terkait tudingan itu. Adapun tuduhan tersebut muncul tidak lama setelah Departemen Keuangan AS melaporkan insiden serangan siber pada Desember 2024, yang disebut dilakukan oleh “aktor yang disponsori negara Cina.”

Dilansir dari AP News, dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah Barat menuduh para peretas yang terkait dengan pemerintah Cina telah menargetkan pejabat, jurnalis, perusahaan, dan berbagai pihak lainnya. Pernyataan terbaru dari Cina ini diperkirakan akan memperburuk ketegangan antara Washington dan Beijing, yang sebelumnya sudah memanas akibat isu perdagangan, teknologi, dan Taiwan.

Saling tuding antara dua kekuatan besar dunia ini menambah tegang hubungan mereka di ranah keamanan siber global, memperlihatkan betapa rapuhnya kepercayaan di antara dua negara dengan kemampuan teknologi paling maju di dunia.

Editorial Team