Jakarta, FORTUNE – Tim peneliti National Emerging Infectious Disease Laboratories (NEDL) Universitas Boston, Amerika Serikat, membantah klaim dari sejumlah pihak bahwa mereka telah menciptakan varian COVID-19 yang lebih mematikan. Pihaknya menyatakan bahwa hasil penelitiannya mengenai varian virus corona ini telah salah ditafsirkan.
Melansir Asociated Press (AP), Jumat (21/10), pengguna media sosial Twitter, serta sejumlah laman media pada minggu ini telah secara keliru menafsirkan varian COVID-19 yang lebih mematikan yang dibuat oleh Universitas Boston.
“Para peneliti Universitas Boston dilaporkan telah mengembangkan varian COVID-19 baru yang lebih mematikan di laboratorium yang memiliki tingkat kematian 80 persen dalam makalah yang tidak ditinjau sejawat,” begitu pernyataan seorang pengguna di Twitter dalam sebuah cuitan yang disukai atau dibagikan lebih dari 8.000 kali.
Sementara, Daily Mail, menyebut para peneliti di laboratorium AS “telah menciptakan varian baru COVID-19 yang lebih mematikan”.
Namun para peneliti dari NEDL menyatakan klaim tersebut salah menggambarkan penelitian dan tujuannya. Ronald Corley, Direktur Lab NEDL, menyatakan para pengkritik mengaitkan "tingkat kematian" 80 persen akibat varian virus corona baru itu.
“Ini adalah pernyataan yang diambil di luar konteks untuk tujuan sensasionalisme,” katanya kepada The Brink, sebuah situs web universitas yang menyoroti penelitian Universitas Boston.
Menurutnya, penelitian tersebut telah ditinjau dan disetujui oleh Institutional Biosafety Committee (IBC), yang terdiri dari ilmuwan serta anggota masyarakat setempat. Di sisi lain, Komisi Kesehatan Masyarakat Boston juga telah menyetujui penelitian tersebut.