TECH

Kemelut Suku Bunga dan Inflasi, Bagaimana Nasib Bisnis Bukalapak?

Inflasi disebut akan menguntungkan Bukalapak.

Kemelut Suku Bunga dan Inflasi, Bagaimana Nasib Bisnis Bukalapak?Direktur Bukalapak, Teddy Oetomo, dalam Public Expose Tahunan secara daring, Rabu (29/6). Dok/Bukalapak.
30 June 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – PT Bukalapak.com Tbk menyampaikan kepercayaannya akan kinerja bisnis yang takkan terdampak oleh kemelut kebijakan penyesuaian suku bunga dan tren inflasi tinggi. Direktur Bukalapak, Teddy Oetomo, mengatakan kenaikan suku bunga acuan dari bank sentral Amerika Serikat (The Fed) tentu merupakan di luar kendali perusahaan.

Namun demikian, Bukalapak diklaim memiliki posisi yang berbeda ketimbang perusahaan teknologi di tingkat dunia maupun wilayah ini. Sebab, perseroan memiliki kas yang cukup besar. Dia justru mengatakan penyesuaian suku bunga akan menjadi peningkatan terhadap interest income perusahaan.

“Dapat dilihat EBITDA perusahaan yang disesuaikan berada di posisi minus Rp372 miliar, namun cash burn adalah di sekitar Rp200 miliar. Artinya terdapat impact atau support dari pendapatan income di atas Rp100 miliar di mana kenaikan bunga akan berimbas atau berdampak kepada peningkatan dari interest income perseroan,” kata Teddy dalam Public Expose Tahunan secara daring, Kamis (29/6).

Sebagai konteks, iklim bisnis perusahaan teknologi memang sangat bergantung terhadap kebijakan suku bunga acuan. Dikutip dari Fortune.com, Sabtu (4/6) kebijakan moneter the Fed yang longgar telah mendorong pertumbuhan banyak perusahaan di Amerika Serikat, lebih-lebih sektor teknologi.

Namun, The Fed, Kamis (16/6) resmi menaikkan tingkat suku bunga acuan mencapai 75 basis poin. Dengan begitu, tingkat suku bunga acuan jangka pendek kini mencapai 1,5 persen sampai 1,75 persen. Keputusan The Fed ini demi meredam gejolak inflasi AS yang bulan lalu mencapai 8,6 persen.

Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk, David Sumual, sempat mengatakan siklus bisnis perusahaan teknologi baik di global, regional, maupun Indonesia kurang menguntungkan. Penyebabnya: kebijakan suku bunga The Fed yang bahkan diperkirakan akan dikatrol hingga mencapai 3,5 persen.

“Investor saat ini sudah melihat fundamental perusahaan sektor teknologi yang solid. Saat ini investor pasar modal mencari emiten yang memiliki fundamental kuat dan memiliki bisnis yang terbuka lebar,” kata David, seperti dikutip dari Antara, Kamis (26/5).

Laporan keuangan Bukalapak menunjukkan kas perseroan kuartal pertama 2022 mencapai Rp19,97 triliun. Padahal, periode sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy) hanya Rp1,69 triliun. “Ke depannya, perihal investasi secara umum, kas perusahaan yang kami sadari cukup besar harus dipergunakan secara efisien dan bijak sehingga dapat terus menunjang kebutuhan bisnis utama kami dan membawa ebitda yang disesuaikan ke arah yang positif,” ujar Teddy.

Imbas inflasi

Ilustrasi Bukalapak. Shutterstock/Wirestock Creators

Pun begitu dengan tren inflasi justru akan berdampak positif bagi performa bisnis Bukalapak, kata Teddy. Dia menjelaskan Bukalapak memiliki segmen bisnis usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) lewat Mitra Bukalapak.

Menurutnya, jika inflasi tinggi, maka akan terjadi penurunan belanja dari para konsumen. Masyarakat akan lebih selektif dalam memilih produk. “Misalnya, seperti kita lihat dari histori Indonesia pada saat inflasi terdapat konsumen yang pindah sebelumnya membeli secara per botol jadi per sachet. Hal ini menjadi sebuah katalis positif bagi para warung di mana sebagian besar dari penjualan mereka adalah volume kecil,” katanya.

Karenanya, Bukalapak pun optimistis perusahaan dapat membantu UMKM untuk melewati masa-masa ini, dan bahkan mendorong usaha kecil untuk naik kelas menjadi lebih besar dan berdaya tahan yang baik.

Dalam kesempatan tersebut, Teddy menyampaikan perseroan saat ini berfokus membukukan laba dengan berupaya mendorong pertumbuhan pendapatan. Salah satu caranya adalah dengan melengkapi infrastruktur yang dibutuhkan untuk bisnis inti.

Dalam laporan keuangan kuartal I-2022, Bukalapak menuai laba Rp14,55 triliun atau berbanding terbalik dari rugi Rp323,81 miliar pada periode sama tahun sebelumnnya (year-on-year). Keuntungan perusahaan itu bertopang pada laba nilai investasi yang belum dan sudah terealisasi sebesar Rp14,42 triliun, terutama disebabkan oleh laba nilai investasi dari PT Allo Bank Tbk.

Tahun ini Bukalapak memiliki sederet target kinerja keuangan, di antaranya membidik pendapatan Rp2,7 triliun sampai Rp3,3 triliun. Pada Januari-Maret 2022, revenue Bukalapak Rp788 miliar, atau 28 persen dari target.

Meski demikian, laba perusahaan sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi (ebitda) Bukalapak tahun ini ditaksir masih minus Rp1,4 triliun. Pada kuartal I-2022, realisasi ebitda perseroan minus Rp372 miliar.

Sementara di dalam negeri, Bank Indonesia (BI) masih mempertahankan tingkat suku bunga acuan mencapai 3,50 persen. Menurut bank sentral, keputusan ini sejalan dengan pengendalian inflasi serta stabilitas nilai tukar. Pada Mei 2022, inflasi atau indeks harga konsumen (IHK) tercatat mencapai 3,55 persen setahunan.

Related Topics