TECH

Pedagang Kripto: Krisis FTX Munculkan Isu Kepercayaan pada Investor

Sebagian besar aset FTX tidak likuid.

Pedagang Kripto: Krisis FTX Munculkan Isu Kepercayaan pada InvestorBursa FTX. Shutterstock/Sergei Elagin.
14 November 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Para pedagang aset kripto menyatakan krisis keuangan yang dialami bursa FTX telah menimbulkan masalah kepercayaan (trust issue) pada masyarakat. Kejatuhan FTX ini juga menambah daftar panjang sentimen negatif dalam industri aset kripto belakangan.

Melansir laman CNA (11/11), FTX dan Alamade Research, anak perusahaan bidang perdagangan aset kripto, telah mengajukan proses kebangkrutan di Amerika Serikat. Pada saat bersamaan, CEO FTX, Sam Bankman-Fried,  mengumumkan pengunduran dirinya.

Menanggapi hal tersebut, CEO Binance, Changpeng Zao, dalam Indonesia Fintech Summit 2022, menyatakan kejatuhan FTX, yang merupakan salah satu bursa aset kripto terbesar di dunia, akan menghilangkan kepercayaan konsumen sekaligus menjadi pertanda bagi industri yang menuju keterpurukannya.

“Saya pikir pada dasarnya kita telah mundur beberapa tahun sekarang. Regulator seharusnya akan meneliti industri ini jauh lebih keras,” ujar pria yang biasa disebut CZ ini, seperti dikutip dari cointelegraph, Sabtu (12/11).

Sementara, Tokocrypto menganggap kemelut FTX memunculkan sentimen negatif terhadap industri aset kripto. Platform pertukaran aset kripto domestik itu berpendapat masalah FTX menciptakan trust issue terhadap rencana bisnis dan sistem keamanan aset investor pada platform centralized exchange.

“Kondisi ini menjadi perhatian bersama para pelaku industri aset kripto di Indonesia untuk memastikan kondisi tersebut tidak akan terjadi,” ujar CEO Tokocrypto, Pang Xue Kai, dalam siaran pers.

Keamanan platform

Ilustrasi aset kripto. Shutterstock/Pedrosek

FTX menjadi bagian dari daftar perusahaan aset kripto yang telah mengajukan kepailitan sepanjang tahun ini, antara lain Three Arrows Capital, Celcius Network, dan Voyager Digital.

Menurut Zhao, gejolak industri aset kripto telah merugikan bisnis dan investor, dan pengawasan aset kripto pada masa mendatang diprediksi bakal semakin ketat.

Peraturan aset kripto selama ini berfokus pada aspek Know Your Customer (KYC) dan Anti-Money Laundering (AML), kata CZ. Namun, pengaturan aset kripto mestinya ikut memperkuat soal model bisnis dan bukti cadangan (proof of reserves).

Pang Xue Kai menyatakan Tokocrypto sebagai pedagang fisik aset kripto yang terdaftar di Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) akan terus meningkatkan keamanan aset investor.

Bappebti telah mewajibkan semua pedagang fisik aset kripto yang terdaftar resmi untuk memisahkan rekening dana yang dimiliki nasabah dengan rekening dana operasional milik perusahaan. Hal itu demi menjaga likuiditas.

"Tokocrypto pun saat ini sudah memenuhi syarat penyertaan modal lebih dari yang ditentukan oleh Bappebti. Modal yang besar bisa membuat bisnis lebih stabil dan memiliki rencana jangka panjang," jelas Kai.

Menurut Kai, kondisi industri kripto yang pasang surut merupakan hal biasa dalam dunia finansial dan investasi. Untuk menghadapinya, perusahaan pun akan berfokus pada strategi bisnis jangka panjang.

"Tokocrypto saat ini sudah melakukan optimalisasi bisnis jangka panjang dengan fokus pada model bisnis crypto exchange dan mengembangkan ekosistem blockchain. Harapannya bisnis akan lebih stabil dan pertumbuhan bisa terjadi dengan rencana yang berkelanjutan," ujarnya.

Keuangan FTX

Ilustrasi perdagangan aset kripto. Shutterstock/Irina Budanova

Related Topics