TECH

Riset BCG & AC Ventures Ungkap Prospek Bagus Industri Fintech RI

Pendanaan fintech pada 2020-2022 melonjak.

Riset BCG & AC Ventures Ungkap Prospek Bagus Industri Fintech RIilustrasi fintech (unsplash.com/Christiann Koepke
30 March 2023
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – AC Ventures dan Boston Consulting Group (BCG) baru saja merilis laporan mengenai perkembangan lanskap industri teknologi finansial (tekfin) di Indonesia. Studi ini menggarisbawahi soal prospek bagus sektor ini pada masa mendatang.

Laporan bertajuk "Indonesia's Fintech Industry is A Sleeping Giant Ready to Rise" oleh AC Ventures dan BCG itu memetakan kemajuan teknologi keuangan di Indonesia melalui beberapa subvertikal. Bahasan mencakup awal kemunculan startup tekfin dan perekonomian digital lokal pada 2011–2022.

Dalam satu dekade terakhir, jumlah pemain fintech di Indonesia telah meningkat enam kali lipat, dari 51 pada 2011, menjadi 334 pada 2022. Para pemain yang telah hadir sejak mula tren fintech itu pun dikatakan semakin mapan, bersamaan dengan kemunculan para pemain baru.

Meski iklim perekonomian masih dianggap menantang, pendanaan untuk perusahaan rintisan fintech tetap tumbuh. Pada kurun 2020–2022, misalnya, pendanaan mencapai US$5,4 miliar, atau 2,7 kali lebih banyak ketimbang periode 2017–2019.

Riset tersebut juga memperlihatkan lebih dari 80 persen kesepakatan pendanaan sektor tekfin pada 2020–2022 terjadi pada fase awal sebelum mencapai seri C. Hal tersebut menyiratkan adanya dukungan investor terhadap inovasi awal para startup.

Founder dan Managing Partner AC Ventures, Adrian Li, mengatakan peningkatan eksponensial jumlah pemain tekfin, meningkatnya keterlibatan pelanggan, dan kenaikan pendanaan ekuitas menjadi indikasi potensi besarnya sektor ini.

Sektor tekfin

Pengguna yang sedang menggunakan aplikasi fintech
ilustrasi fintech (unsplash.com/ Clay Banks)

Laporan tersebut juga menyoroti sejumlah sektor penopang fintech, yakni pembayaran, pinjaman, dan wealthtech. Pada awalnya, pertumbuhan industri ini didorong oleh sektor pembayaran. Namun, saat ini lanskap tekfin di Indonesia menjadi semakin beragam dan dinamis, dengan sektor pinjaman dan wealthtech yang juga menjanjikan.

Pada 2020, segmen pembayaran, umpamanya, memiliki lebih dari 60 juta pengguna aktif dan diperkirakan akan memiliki tingkat pertumbuhan rata-rata tahunan (CAGR) 26 persen hingga 2025.

Pada sektor pinjaman, terdapat lebih dari 30 juta akun peminjam peer-to-peer yang aktif pada 2021. Sementara itu, segmen wealthtech memiliki lebih dari 9 juta investor ritel pada 2022.

Industri teknologi keuangan pun dikatakan semakin matang dengan kehadiran sektor lain, seperti software as a service (SaaS), dan asuransi teknologi (insurance technology/insurtech). Dalam kasus sektor SaaS, adopsi platform semakin meningkat, dengan 6 juta UMKM saat ini menggunakannya.

Managing Director & Partner di Boston Consulting Group, Sumit Kumar, menyatakan kini merupakan waktu yang pas untuk menggulirkan inovasi demi merespons kebutuhan pelanggan. 

“Kami berharap, wawasan kami akan membekali pemain industri dengan pemahaman yang lebih dalam mengenai ekosistem fintech, menempatkan mereka dalam posisi yang lebih kuat untuk merebut peluang baru dan memperoleh keunggulan kompetitif,” kata Sumit.

Related Topics