Jakarta, FORTUNE – Perseteruan antarnegara produsen chip global, Amerika Serikat (AS) dan Cina, ternyata meninggalkan tuah bagi Malaysia, terutama dalam hal investasi perusahaan teknologi dalam membuka pabriknya.
CEO dari Kemikon–salah satu perusahaan teknologi Malaysia–Marcel Wismer, mengamini bahwa perang teknologi AS-Cina memang berdampak pada kemunculan Malaysia sebagai pemenang yang tak terduga sebagai tujuan investasi. “Ini terburu-buru. Bukan hanya perusahaan Tiongkok yang mendirikan di Penang. Ini bahasa Korea, bahasa Jepang, dan bahasa barat,” katanya seperti dikutip dari Financial Times, Rabu (13/3).
Seperti diketahui, Malaysia memiliki sejarah 50 tahun menjadi penyedia pasokan semikonduktor dunia, baik dari pengemasan, perakitan, sampai pengujian chip. Hal ini menjadi alasan kuat bagi Malaysia menjadi pemimpin di industri penting di teknologi elektronik ini dengan nilai US$520 miliar atau sekitar Rp8,10 triliun (kurs Rp15.578,81 per dolar AS).
Wismer mengatakan bahwa produsen peralatan semikonduktor besar di Barat tidak dapat menjual peralatan tercanggih mereka ke Cina karena pembatasan AS.
“Jadi mereka (Cina) memberi tahu pemasok mereka: jika Anda tidak keluar (dari Cina), kami harus mencari pemasok baru. Perusahaan-perusahaan Cina kemudian terpaksa pindah atau berekspansi ke tempat-tempat seperti Asia Tenggara agar tidak kehilangan bisnis. Di sinilah Penang berperan,” katanya.