Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
ICCA SELENGGARAKAN ICCA BLOCKCHAIN EDUFEST 2022. DOK/FORTUNE INDONESIA/LUKY MAULANA

Jakarta, FORTUNE – Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia (Aspakrindo) mengungkapkan bahwa volume perdagangan aset kripto secara umum turun 50 persen dibandingkan posisi tahun sebelumnya,   

Dalam ICCA Blockchain EduFest 2022, Ketua Umum Aspakrindo, Teguh Kurniawan Harmanda, mengatakan volume perdagangan yang terkoreksi ini tergolong wajar di tengah kelesuan pasar. Dia mengutip data Mei yang menunjukkan volume perdagangan di exchanger Indonesia hanya mencapai Rp200 triliun.

Padahal, sepanjang tahun lalu volume perdagangan aset kripto sanggup melebihi Rp860 triliun. Jika dihitung secara kasar, tiap semester tahun lalu setidaknya terjadi transaksi Rp430 triliun.

Sedangkan, pada lima bulan pertama tahun ini, transaksi aset kripto baru Rp200-an triliun, kata Harmanda.

“Secara singkat saya bilang bahwa volume transaksi aset kripto di 2022 itu tidak seciamik di 2021,” kata Harmanda dalam sesi diskusi panel Future of Centralized Exchange Indonesia di Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta, Kamis (7/7).

Dikutip dari coinmarketcap.com, kapitalisasi pasar aset kripto sekarang hanya US$915 miliar. Dibandingkan market cap pada awal tahun yang US$2,2 triliun, capaian tersebut jauh menyusut.

Namun, Harmanda percaya minat investor masih ada, karena hingga detik ini jumlahnya masih terus tumbuh. 

Menurut data dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), terjadi penambahan hampir 3 juta investor kripto pada Desember 2021 sampai Mei 2022. Dengan begitu, total investor aset investasi tersebut mencapai 14,1 juta orang dari sebelumnya 11,2 juta

Siklus

Ilustrasi perdagangan kripto yang melorot. Shutterstock/Insta_Photos

Harmanda menganggap kondisi terhangat di pasar kripto sebagai siklus tahunan. Dia bahkan meramal sebentar lagi pasar aset kripto dapat kembali berkinerja positif. “Ini saya disclaimer, konon katanya diprediksi akhir Q3 atau pertengahan Q4 (tahun ini) itu akan bounce back lagi,” ujarnya.

CEO Indodax, Oscar Darmawan, Senin (4/7), menyebut tren koreksi harga Bitcoin sepanjang tahun ini dianggap wajar, terlebih jika ditengok secara analisis teknikal karena pernah terjadi pada 2014 dan 2018 dan merupakan siklus tahunan. Situasi itu juga terjadi usai Bitcoin mencapai titik harga baru.

Saat artikel ini ditulis, berdasarkan data dari coinmarketcap.com, nilai Bitcoin sekitar US$20 ribuan, atau turun dari US$46 ribuan pada awal tahun.

“Setelah Bitcoin mengalami all time high di 2013, 2017 dan 2021, maka akan terjadi penurunan harga yang cukup signifikan di tahun berikutnya yang diikuti dengan penurunan kripto lainnya. Kita bisa lihat bagaimana penurunan terjadi pada 2014, 2018 dan sekarang di tahun 2022,” katanya dalam keterangan resmi.

Siklus ini kerap dimanfaatkan oleh investor untuk menebus aset kripto, kata Oscar. “Momen bearish saat ini justru adalah momen yang sering dimanfaatkan para trader jangka panjang untuk mengumpulkan portofolio kripto dengan membeli kripto yang mereka inginkan di harga yang murah,” ujarnya. 

Editorial Team