5G Dipandang Dapat Membahayakan Keselamatan Penerbangan

Jakarta, FORTUNE – Pengamat penerbangan nasional, Gerry Soejatman, mengatakan teknologi jaringan 5G berfokus pada radio altimeter, perangkat elektronik yang berfungsi mengukur ketinggian pesawat saat hendak lepas landas maupun mendarat. Fakta tersebut membuat teknologi 5G dikhawatirkan dapat membahayakan penerbangan.
“Intinya ke situ (radio altimeter). Kalau yang lain-lainnya enggak terlalu, belum ada. Semuanya lari ke radio altimeter dan sistem-sistem yang tergantung dengan radio altimeter tersebut,” ujar Gerry kepada Fortune Indonesia, Senin (17/1).
Menurut Gerry, sinyal 5G berpotensi menganggu fungsi radio altimeter pesawat terutama ketika menerapkan prosedur sistem pendaratan instrumen kategori II dan III. Sistem pendaratan dengan kategori ini biasanya digunakan pada saat cuaca buruk.
Menurut laman Vox, Rabu (12/1) Badan Penerbangan Federal (FAA) Amerika Serikat (AS) juga menghawatirkan risiko yang dapat dibawa 5G pada radio altimeter pesawat. Sebab, 5G memanfaatkan frekuensi spektrum jaringan C-Band.
Masalahnya, radio altimeter juga bergantung pada bagian spektrum yang bersebelahan dengan gelombang udara yang digunakan oleh C-Band tersebut. Dalam skenario terburuk, menurut FAA, sinyal yang dikirim melalui C-Band ini dapat menganggu radio altimeter.
Gerry menambahkan, gangguan 5G terhadap radio altimeter juga dapat mempengaruhi informasi mengenai kinerja pesawat. “Yang dikhawatirkan adalah 5G ini bisa mengakibatkan radio altimeternya salah kasih angka, salah kasih nilai,” ujarnya.