Jakarta, FORTUNE – Indonesia masih menjadi target serangan siber atau cyber crime para pelaku kejahatan. Bahkan, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mencatat adanya 3,64 miliar serangan siber atau anomali trafik di Indonesia sepanjang Januari hingga Juli 2025.
Pengamat Teknologi Informasi (IT) dan Keamanan Siber dari Vaksincom, Alfons Tanujaya menilai, perkembangan teknologi seperti enkripsi, bitcoin, hingga Artificial Intelligence (AI) bila di tangan orang jahat dapat digunakan sebagai alat kejahatan seperti ransomware dan extortionware.
Bahkan, kejahatan yang merajalela justru menggunakan enkripsi sebagai alat menyandera data korbannya dan memanfaatkan cloud seperti RaaS Ransomware as a Services dalam menjalankan aksinya.
Alfons memandang tahun ini aksi ransomware yang diikuti extortionware makin marak dan nama-nama baru bermunculan. Korban ransomware ini datang dari berbagai sektor dan kali ini sektor pemerintahan termasuk sektor militer dan sektor swasta hampir berimbang menjadi korban ransomware.
“Ada satu ransomware yang berhasil menjerat 3 korban institusi Indonesia di 2025 dan konyolnya ada juga group usaha yang dalam 1 tahun bisa menjadi korban dua ransomware yang berbeda terpaut jangka waktu 6 bulan,” kata Alfons melalui keterangan tertulis kepada Fortune Indonesia di Jakarta, Kamis (27/11).
